Bambong Lagi

9 1 7
                                    

Sebulan telah berlalu sejak terakhir kali aku sakit. Setelah semuh, aku kembali menjalani aktifitasku sebagai pegawai kedai kopi om Tetsuya. Namun, hari ini adalah hari terakhirku bekerja di sini. Jika aku boleh jujur, aku sangat suka bekerja di sini. Walaupun terkadang Kanta dan Hayato menyebalkan, namun aku suka lingkungan kerja ini, tidak seperti lingkungan kerjaku sebelumnya. Di sini, tidak ada yang memanipulasi perkerjaanku atau memfitnahku. Tapi sayangnya, aku harus berhenti bekerja.

Alasanku berhenti bekerja, karena abang Sawa memintaku untuk bekerja untuknya. Apalagi perusahaan abang Sawa sudah hampir rampung. Abang Sawa memintaku untuk menjadi karyawan di perusahaannya. Abang Sawa bilang, ia tak akan banyak merekrut karyawan. Ia bilang, ia hanya memerlukan 3 karyawan saja dan aku adalah salah satunya. Aku tentu saja senang karena akhirnya aku kembali ke pekerjaan yang sejak dulu kuimpikan, namun aku sedikit merasa takut karena aku merasa tak memiliki keterampilan yang mumpuni.

Dua Minggu yang lalu...

"Rin, kamu betah ya kerja di kedainya om Tetsuya?" tanya abang Sawa ketika kami berlima sedang bersantai di kamar.

Aku hanya mengganguk menanggapi pertanyaan abang Sawa sambil menikmati popcorn buatannya.

"Kamu nggak ada niat berenti?" tanya abang lagi.

Mendengar pertanyaan itu, gerakan tanganku yang akan memasukan buir jagung terhenti.

"Abang kenapa nanya gitu?" tanyaku sedikit tak suka.

Padahal setelah sekian lama akhirnya aku memiliki pekerjaan, dan sekarang abangku sendiri bertanya seperti itu.

"Bukan gitu, abang cuma penasaran, memangnya kamu udah nggak mau jadi arsitek lagi?" tanyanya sambil menatapku.

Aku menghembuskan napas lelah. Setelah kejadian di kantor lamaku dulu, aku sudah membuang mimpiku untuk menjadi arsitek. Aku tidak ingin lagi bekerja di kantor dan bertemu rekan kerja yang seperti Feby. Katakanlah aku pecundang lemah yang tak bisa bertahan dengan gangguan kecil seperti itu. Tapi aku benar-benar tidak suka dicurangi seperti itu. aku tidak akan peduli jika ia menjatuhkanku dengan cara yang adil. Namun yang ia lakukan malah mencurangiku dan membuatku menjadi orang paling buruk.

"Kayaknya Rin nggak minat bang," jawabku malas sambil meletakkan wadah popcorn di atas meja.

"Kamu kenapa tiba-tiba nanya gitu?" tanya abang Sekai.

"Sebenernya sih aku pengen ngajak Rin kerja sama aku bang," jawab abang Sawa.

"Kan Rin udah kerja sama abang," timpalku.

"Bukan Cuma jadi asisten abang kayak biasanya, tapi jadi karyawan di perusahaan abang nanti." Mendengar pernyataan abang Sawa barusan, aku langsung menoleh cepat ke arah abang Sawa. Aku menatap abang keduaku itu dengan tatapan sedikit tak percaya. Perasaan, belum lama abang Sawa bilang akan mendirikan perusahaannya sendiri, dan sekarang ia berencana merekrutku sebagai karyawannya.

"Abang seriusan?" tanyaku masih tak percaya.

"Iya serius lah Rin. Masa' abang bercanda sih?" jawab abang Sawa.

"Wa, perusahaanmu beneran udah jadi?" tanya abang Sekai.

"Iya nih, perasaan abang belum lama bilang mau bikin perusahaan sendiri," timpal Keito.

"Untungnya, dibantuin sama bos Omi jadi lebih cepet. Tau sendiri 'kan, bos Omi koneksinya luas," jawab abang Sawa.

Aku, abang Sekai, Keito dan Nacchan hanya mengangguk-angguk menanggapi jawaban abang Sawa. Memang benar salah satu Om Adeeva itu koneksinya sangat luas. Dari yang aku dengar dari Kenta dan Rui, om Omi punya kenalan di segala bidang pekerjaan, dari yang hanya pegawai hingga yang posisinya palig tinggi.

Cerita AbsurdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang