Pindah Tempat

5 2 0
                                    

Setelah bertemu dengan Sho di pantai, kami sempat mengobrol sebentar. Dari obrolan itu aku akhirnya tahu jika setelah lulus, Sho kembali ke Bandung karena Ayahnya sakit. Setelah itu ia bekerja di Bandung hingga kemudian dipindahkan ke cabang di Bali. Ia sudah tinggal di Bali hampir satu tahun. Dan ia kehilangan kontak kami karena ia kecopetan di bus menuju rumahnya. Handphone dan laptopnya raib saat itu dan membuat ia kehilangan kontak teman-temannya termasuk aku, Kenta dan Rui. Saat itu juga aku tidak aktif menggunakan sosial media, jadi dia tak tahu bagaimana mengontakku. Ia juga tak terlalu aktif di sosial media dan hanya berinteraksi dengan rui dan Kenta sesekali di sosial media.

Karena hari sudah mulai malam dan Om Naoto sudah menyuruhku untuk kembali ke hotel, akhirnya kami menyudahi obrolan. Tentu saja kami bertukar kontak. Sho berjanji akan mengajakku ke tempat-tempat bagus di Bali sebelum aku kembali ke Balikpapan. Aku tentu saja menyetujuinya. Apalagi ia berjanji mengajakku ke tempat yang katanya sangat terkenal dengan hidangan seafoodnya. Sho juga berbaik hati mengantarku kembali ke hotel.

Saat aku sampai di hotel, Om Naoto sudah menungguku di gerbang depan dengan tampang yang dibuat sangar seolah mengatakan jika ia akan mengomeliku karena pulang dengan laki-laki yang tidak ia kenal. Aku sih pasrah saja diomeli. Lagipula kupingku sudah kebal omelan.

"Om mukanya biasa aja dong," sindirku lalu berbalik ke arah Sho.

"Makasih ya Sho, maaf kamu jadi harus nganter aku balik," ucapku pada Sho.

"Nggak masalah kok Rin. Kayak sama siapa aja. Aku balik dulu ya, bye," pamitnya padaku. "Mari, Om," ucapnya pada Om Naoto yang masih memasang tampang sangar yang membuat Sho sedikit canggung.

"Om, kenapa sih? Mukanya kayak lagi nunggu anak gadisnya pulang kencan," ucapku asal.

"Kamu nih ya, udah Om bilang jangan pergi sendiri. Kalo kamu kenapa-kenapa itu nanti Om yang kena marah sama Kak Ari. Kamu kan hobinya nyasar, untung aja kamu bisa balik ke hotel..." aku memutar bola mataku jengah mendengar omelan Om Naoto.

"Terus tadi itu siapa? Kayaknya Om nggak pernah liat itu anak. Kamu baru kenal di sini?" berondongan pertanyaan dari Om Naoto membuat kupingku pengang.

"Om kalo nanya satu- satu dong. Rin kan jadi bingung mau jawab yang mana dulu," protesku.

"jawab dulu yang tadi itu siapa?" tanya Om Naoto lagi.

"Itu Sho, temen kuliahku dulu. Ya wajar aja Om nggak pernah liat. Dia aja nggak pernah main ke rumah. Paling yang tau Cuma Om Keiji," jawabku sambil terus berjalan menuju kamar. Untung saja lorong menuju kamar cukup sepi sehingga aku tidak terlalu malu karena diomeli sepanjang jalan oleh Om Naoto.

"Beneran bukan baru kenal?" tanya Om Naoto masih tidak percaya.

"Ih, beneran Om. Kalo nggak percaya coba aja kirim fotonya ke Om Keiji. Tadi Om foto diem-diem kan?" tembakku.

"Beneran ya. Awas aja kamu bohong," ucapnya masih dengan sedikit curiga tersisa. "Yaudah masuk sana, nanti jam delapan kita kumpul di depan kolam renang," lanjutnya sambil membuka pintu kamar yang aku tempati dan mendorongku masuk ke dalam kamar dan menutupnya kembali. Aku hanya bisa menggelengkan kepala dengan tingkah Omku yang satu itu.

"Kakak dari mana aja?" tanya Momoka padaku. Ia sedang mengeringkan rambut panjangnya dengan handuk. Sepertinya ia baru saja selesai mandi.

"Tadi ketemu temen, jadi ngobrol bentar sampe lupa waktu. Hehe," jawabku sambil terkekeh pelan.

"Yaudah, kakak mandi dulu deh. Nanti kita mau kumpul di depan kolam, selesai makan malam." Aku hanya mengangguk menganggapinya sambil meraih handuk di atas tempat tidur kemudian menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Cerita AbsurdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang