Smile!

294 20 9
                                    

Author POV

"Diana!" Liam sedikit berlari menghampiri Diana yang baru saja membuka pintu mobil. Zayn baru saja mengantarnya.

Liam memeluk Diana sebentar sebelum mengalihkan lagi pandangannya menatap Diana. "Apa yang terjadi kemarin?" Tanya Liam.

"Jahat sekali, kau tau kan di luar ini dingin. Kau membiarkan adikmu beku seperti es ya?" Gurau Diana. Liam mengacak rambutnya sebelum menggandengnya masuk kedalam flat.

"Queen!" Harry berlari dari tangga menghampiri Diana dan Liam serta Zayn di belakangnya.

"Heyyy..." Diana tersenyum manis.

"I miss you, you okay?" Tanya Harry. Diana mengangguk mengiyakan.

"Liam, tolong bantu aku!" Liam mendengus kesal mendengar suara cempreng Louis dari arah dapur.

"Aku harus kesana sebentar, beruang jelek itu membutuhkanku." Ucap Liam lalu segera berlari. "Wait for me, Boo!"

Harry menatap Diana lagi, kali ini dengan tatapan berbeda yang tak disadarinya, Zayn yang berada di belakang Diana hanya bisa mencoba menahan perasaannya yang meledak ledak melihat 2 orang di depannya.

"Begini," Harry mengambil satu tangan Diana untuk di genggamnya. "aku ingin minta maaf soal kejadian kemarin." Ucapnya.

Zayn masih berada di sana. Berdiri terpaku tanpa ada niat sedikitpun untuk pergi dari situ. Ia menyumpahi dirinya sendiri yang kini terlihat tolol, untuk apa ia tetap berada di sana? Mendengarkan percakapan serius antra sahabatnya dan...sahabatnya. Tangannya mengepal, antara menahan kesal terhadap Harry yang kini menggenggam Diana dan menahan emosinya agar tak menonjok Harry saat itu juga, ia tau, sebesar apapun perasaannya terhadap Diana, Harry juga sahabatnya. Ia tak ingin dan tak akan mengancurkan persahabatan mereka.

"Untuk apa kau meminta maaf?" Suara Diana terdengar sangat lirih di telinga Zayn.

Ia kembali teringat kemarin. Saat ia tak sengaja melihat keributan di tempat makan dan melihat Diana yang basah kuyup dari rambut hingga baju yang dia kenakan. Beberapa detik pertama saat ia melihat, ia berusaha mengabaikannya. Tapi justru perasaan ingin selalu melindungi gadis itu terlalu kuat. Ia tak bisa melihat Diana yang terluka.

"Karena aku menyebabkanmu jadi bulan bulanan Kendall lagi. Aku tau seharusnya dia tak--"

"Kalau aku tak membuatnya cemburu, Kendall tak akan marah padaku." Potong Diana.

"Tapi dia keterlaluan. Dia membuatmu malu di depan orang banyak."

"Peduli apa ? Harusnya yang kau fikirkan bukan aku. Harusnya kau bahagia, jika Kendall cemburu, maka itu artinya dia sayang padamu." Diana tersenyum manis, matanya sedikit menyipit.

Untuk sementara Harry merasa dirinya lumpuh melihat senyum Diana pagi ini. Ia merindukannya sejak kemarin, semalaman tak bisa tidur memikirkan gadis itu belum cukup mengungkapkan bagaimana rasa bersalahnya pada Diana.

Harry membasahi bibir bawahnya yang kering. "So, will you go with me today ? I have something for you." Tanya Harry.

"Where?" Diana balik bertanya. "I guess--"

"No, no, i promise, this time will be safe." Harry memotongnya sementara Diana tertawa.

"Save?" Tanyanya lucu. "Okay."

"Yasss!" Harry melompat lompat kegirangan.

"So..." Harry merangkul Diana, berjalan meninggalkan Zayn yang masih berdiri terdiam disana.

'Kau selalu tersenyum saat bersamanya daripada bersamaku.' ucapnya dalam hati.

"Blah, untuk apa pula aku membanding bandingkan." Zayn tersenyum kecut.

Diana ( H.S )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang