I Dont Want to Do That

191 14 3
                                    

Diana POV

"Liam." Aku duduk di atas kasurnya. "Aku ingin bicara."

Liam menutup laptopnya lalu beranjak dari sofa menuju kasur dan duduk di sebelahku. "Bicaralah."

"Aku tidak akan berbasa basi, jadi begini, dokter memberikanku opsi untuk opreasi atau kemotrapi." Kataku singkat. Liam terdiam cukup lama sambil menatapku. Seperti ia sedang mencerna kata kataku barusan karena wajahnya terlihat kurang yakin.

"Kemotrapi dan operasi?" Ulangnya.

"Yap. Dan aku harus memutuskan opsi mana yang akan kuambil. Kita juga harus membicarakan soal ini dengan mum dan dad."

"Ini berat." Gumamnya. "Kalau begitu kita harus pulang ke Wolverhampton--"

"Memangnya harus?"

"Kita akan membicarakan ini dengan mum dan dad. Bicara via telfon tidak akan nyaman, Diana. Lagipula apakah kau tidak rindu dengan mum dan dad?"

Aku menghela nafas pendek. "Aku sangat rindu dengan mereka berdua. Tapi jika harus ke Wolverhampton..."

"Kenapa? Kau tidak bisa jauh dari Harry?" Liam meledek.

"Bro, that's not funny." Balasku.

"Kalau begitu apalagi masalahnya? Katakan padaku apa yang membuatmu malas pulang ke Wolfy?"

"Wolfy? Okay, that's weird. And, lazy reason home is ... maybe because of jetlag. yes, I hate jetlag, you know." Liam memutar mata.

"how many times I have to say you can't lie to me, dear?"

"Im sorry? I'm not lying to you."

"Pertama, kita memang harus pulang, kedua, pikirkan Harry-mu lain waktu. Kita perlu menginap di Wolverhampton beberapa hari. Dua tiga hari rasanya cukup untuk membicarakan masalah ini dengan santai."

"the first one, I understand we do have to go home, secondly, why do you keep teasing canal with Harry, third, when we narrow. Jadi jika kau ingin kita menginap di sana dalam waktu dua tiga hari kita harus pulang siang ini."

"it is not a problem. I can now also book tickets for two, pack your goods, and departed. deal?"

"Yup."

"Sekarang kau bisa ke kamarmu dan kemasi beberapa baju yang akan kau butuhkan. Tidak perlu banyak karna aku tau kau sudah tau bajumu sangat banyak di rumah." Liam mengambil ponselnya di nakas. "Aku akan memesan tiketnya sekarang."

Aku keluar dari kamarnya dan menaiki tangga ke kamarku. Kulihat Harry sedang bersandar di daun pintu kamarnya. Menyunggingkan senyum miring yang menawan padaku. "Hai." Sapanya.

Aku tersenyum lemas, ingat, jika siang ini aku akan pulang dan pasti aku akan sangat merindukannya. "Hai." Balasku.

"So?"

"Apa?"

"Bagaimana? Apa yang kau katakan pada Liam dan bagaimana responnya?"

Aku membuka pintu kamar dan masuk sementara Harry mengikutiku. "Aku dan Liam akan pulang siang ini ke Wolverhampton."

Harry dengan reflek menarik lenganku membuat aku otomatis berbalik kearahnya. Wajahnya terkejut, bibirnya sedikit terbuka kemudian ia merubah ekspresinya menjadi bingung. "Apa aku tak salah dengar?"

"Tidak. Aku memang akan pulang siang ini." Kataku.

Harry melepas tangannya dri lenganku dan melirik jam tangannya. "Ini pukul 11 siang. Serius kau akan pulang secepat itu?"

Diana ( H.S )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang