Diana POV
"Perasaanmu baik? Apa ada hal lain yang kau rasakan saat ini, Miss Payne?" Tanya Dokter Fawn padaku. Aku mengangguk pelan dengan singkat karena aku tidak bisa menjawab pertanyaannya dengan kata. Kemotrapi beberapa jam lalu masih memberikan efek keras terhadap tubuhku. Aku sedikit bergetar dan merasakan mual luar biasa.
Tanpa aba aba aku berlari menuju kamar mandi di dalam kamar inapku. Aku memegang rambut panjangku dengan satu tangan agar tak terkena muntahanku selagi aku memuntahkannya di dalam westafel. "Kau baik baik saja, nak?" Ibuku datang dan memegang punggungku seraya mengusapnya.
Aku menyalakan keran air dan berkumur sebelum membasuh wajahku dengan air dingin. Aku menggeleng. "Apa ini tidak apa apa? Aku merasakan mual yang sangat hebat." Berbalik arah, aku berjalan dengan lemas dan merangkak menaiki bangsalku.
Dokter Fawn masih berdiri di sana. "Kau akan baik baik saja. Itu memang hal yang biasa terjadi pada pasien setelah melakukan kemotrapi. Apa lagi yang kau rasakan?"
"Aku sedikit bergetar dan menggigil."
Dokter Fawn mengangguk angguk. "Itu bagus, obatnya sedamg beraksi di dalam tubuhmu." Ia akhirnya berjalan kearahku dan mum. "Aku pergi dulu, masih ada pasien lain yang harus kutangani sekarang. Kau harus istirahat cukup, Miss Payne."
"Akan kupastikan ia istirahat. Terimakasih, Dokter." Mum mengantar dokter Fawn sampai di depan pintu dan menutupnya kembali ketika tidak terdengar lagi suara berat miliknya.
"Kau ingin makan sesuatu? Ada buah buahan di kulkas."
Aku menggeleng mengambil ponsel yang kuletakkan di bawah bantal. "Tidak, aku belum lapar. Mum sudah makan? Jika kau ingin makan pergilah ke kedai di lantai bawah. Aku bisa sendirian disini."
"Tidak, sayang. Mum akan menunggu sampai Liam dan dad datang." Aku mengangguk mengerti. "Kudengar Harry sering sekali menjengukmu? Atau bisa kubilang ia sering menungguimu jika yang lain tidak ada. Begitukah?"
"Ya." Jawabku singkat.
"Dia perhatian sekali padamu, ya?" Kali ini aku menoleh pada mum. Kurasa mum melontarkan pertanyaan itu sengaja. Mum ingin menggodaku.
Aku menatapnya lama sambil melemparkan pandangan 'apa apan mum' sedangkan mum berpura pura tak mengerti dan membuang muka menghindari tawanya. "Apa?" Tanyanya polos padaku. Seakan akan tidak tau apa pandangan yang kuberikan padanya.
"Well, ia laki laki yang baik." Kataku.
"Well, itu benar." Mum mengikuti nada bicaraku. "Bagaimana perasaanmu padanya?"
"Mummy? Pembicaraan apa ini?" Kataku sebisa mungkin tidak terlihat gugup.
Mum menarik kursi di sebelah bangsalku dan mendudukinya. "Ia tidak punya kekasih. Kulihat ia sangat perhatian padamu dan..."
"Tentu saja, mum. Ia kan temannya Liam. Ia menganggapku temannya juga."
"Teman tapi mesra, maksudmu?" Mum tertawa dengan ucapannya.
Aku mengangkat kedua tanganku ke udara menunjukkan aku menyerah. "Aku tidak ingin membahas ini, oke?" Kataku ikut tertawa.
"Santailah sedikit, sayang. Kau lihat sendiri di sini tidak ada siapa siapa selain kita berdua. Kau bisa ceritakan padaku, apapun itu."
"Mum masih berusaha memancingku, ya?"
"Ayolah, hun, mum ingin mendengar ceritamu dengannya. Mum tau Harry adalah laki laki yang baik. Kau kira mum tidak pernah muda? Lalu bagaimana cerita cinta mum dan dad? Hei, asal kau tau...memangnya mum tidak bisa membaca arti tatapan kalian, hm?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Diana ( H.S )
Fanfiction"One day, i'll be strong enough to let you go."-Harry Styles