With Your Love Nobody Can Drag Me Down

198 12 1
                                    

Author POV

"Hey..." Suara Harry adalah hal pertama yang kudengar saat aku tersadar dari tidurku, atau mungkin pingsan? Selanjutnya jari jarinya mengelus pipiku dengan lembut.

Mataku belum sepenuhnya terbuka, kini aku mengerjap beberapa kali dan mengerang begitu merasa kepalaku masih terasa pening. "Where am i?" Gumamku dengan suara berat dan serak.

"Kau di rumah sakit, sayang. Kemarin kau pingsan dan di bawa
Ke London." Jawab Harry tenang. "Aku senang kau sudah siuman."

Aku menyipit padanya. "Dimana mum dan dad?"

"Semalam mereka pulang, untuk sementara mereka di sini tinggal di frat house milik Liam." Jelasnya.

Aku mengangguk mengerti. "Aku butuh air." Kataku lemas. Harry segera mengambilkan air putih di meja kecil di sebelahku.

"Liam belum tidur dari saat pertama kalian sampai di London. Semalam aku mengantikan mereka di sini." Harry menaruh gelasku di tempatnya semula. "Kau mau sarapan?"

Aku menggeleng. "Aku belum lapar."

"Baiklah." Gumamnya. "Apa yang terjadi denganmu selama di sana? Maksudku, apa yang terjadi kemarin, tepatnya? Kenapa kau jadi seperti ini?"

Aku mengendikkan bahu. "Bukan apa apa. Ini memang biasa terjadi padaku."

"Ada yang tidak beres, Diana. Ada apa? Kenapa kau berubah fikiran?"

Aku berpura pura tak mengerti atas ucapannya. "Kemotrapi dan operasi. Pilihlah salah satu agar kau bisa kembali sehat seperti dulu." Aku menatapnya yang sedang menatapku dengan tatapan serius.

Aku menggeleng.

"Apa artinya itu? Ya atau tidak?" Tanya Harry lagi.

"Aku tidak butuh keduanya, Harry."

Harry mengerutkan dahi, bingung dengan ucapanku. "Kau tidak butuh sehat? Lalu apa? Terus terusan sakit seperti ini dan menyiksa setiap orang yang melihatmu kesakitan? Apa kau senang meminum obatmu yang sebanyak itu? Apa kau senang dengan keadaan seperti itu?" Harry berkata dengan gerakan tangannya yang mengibas ngibas di udara, penuh ekspresi.

Dan seandainya saja ia tau aku melakukan segalanya untuk dia.

"Jika memang kau bisa seperti ini, aku tidak bisa." Katanya menatapku dalam. "Aku ingin kau sehat, mengerti?"

"Aku tetap tidak akan melakukannya."

Harry menapakkan ekspresi terkejut, mungkin lebih seperti tidak mengerti dengan sikapku yang menyebalkan. "You're too selfish." Gumamnya serius.

"Excuse you, Harry. Aku--"

"Kubilang kau egois." Potongnya. Kilatan matanya menusukku. Begitu tajam dan gelap di kuasai emosi negativ.

Aku menarik nafas tanpa membuangnya seraya menggelengkan kepalaku dengan ekspresi tak percaya dengan ucapannya. "That's a harsh words." Kataku memulai.

"Kau tidak tau rasanya menjadi aku. Kalian tidak tau, oke? Jadi jangan keluarkan kata kata yang membuatku--" aku tersengal sengal, dadaku naik turun akibatnya. Ucapan Harry dan Liam begitu keras untukku. Maksudku, mereka tidak mengerti. Mereka menganggapku egois di saat mereka sendiri terlalu egois untukku.

"Kau tidak mengerti, Harry."

"Jika aku tidak mengerti maka jelaskan padaku." Balasnya cepat.

Aku menoleh kearah lain. Hatiku terlalu sakit untuk mengatakan ada apa sebenarnya. Semua mention yang masuk ke twitterku kemarin, setiap kata kata kasar mereka bermain di fikiranku. Aku benci menjadi lemah seperti ini. Tapi tidak ada yang bisa kulakukan selain diam.

Diana ( H.S )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang