Why?

268 19 7
                                    

Diana POV

Aku tak bisa menahan tawaku saat Niall melempar tikus di tangannya ke arah Louis yang saat ini masih di posisinya-berjongkok di atas lemari. Mereka saat ini sedang saling mengejek satu sama lain.

Aku menoleh ke kanan ke kiri, mencari keberadaan Harry yang semula berdiri di sampingku. Kemana ia? Aku keluar dari kamar Niall dan Louis menuju kamarku saat mendengar sesuatu yang terjatuh dari kamar Harry. Aku bergegas melangkahkan kakiku ke sana-takut jika saja terjadi sesuatu.

"Harry?" Aku melongokan kepalaku ke dalam kamar. Terlihat Harry sedang berjongkok sambil merapihkan sesuatu. Apa itu?

Ia menengok kearahku. "Hei." Sapanya. Aku tersenyum.

"Boleh aku masuk?" Izinku, Harry mengangguk.

"Apa yang kau lakukan disitu?" Tanyaku sambil berjalan kearahnya. Aku ikut berjongkok di sebelahnya. "Hazz, tanganmu berdarah!" Akunpanik melihat karpet putih yang kini terdapat noda merah yang cukup banyak, aku melihat tangannya mengeluarkan darah.

"Tadi aku lupa menutup jendela. Angin besar yang masuk membuatku buru buru berjalan ingin segera menutup jendela, tapi aku tersandung dan tak sengaja menyenggol vas bunga ini sampai jatuh." Katanya sambil memandangku. Binirnya tersenyum, tapi aju tau ia menahan perih di tangannya.

Aku berdiri mengambil tangannya menyuruhnya ikut berdiri. Aku menuntunnya duduk di bed lalu aku kembali pada pecahan vas bunga tadi. Aku memasukannya ke dalam tong sampah yang ada di kamar Harry. "Aku kebawah sebentar, kau tunggulah di situ." Kataku.

Aku turun ke bawah untuk mencari kotak p3k dan mencari penyedot debu. Aku kembali ke kamar Harry setelah mendapatkannya. Terlihat darah yang masih sedikit keluar dari telapak tangan Harry yang tergores. Akunikut duduk di bed lalu mengambil tangan kirinya yang penuh darah. "Telapak tanganmu tergores cukup panjang." Gumamku.

Aku membuka kotak p3k itu lalu mengeluarkan kapas dan alkohol untuk membersihkan darah di tangan Harry. "Tahan ya." Kataku saat kapas yang sudah di lumuri alkohol itu menyentuh bagian lukanya.

"Aghh..." Erang Harry kesakitan.

"Tahan sebentar, Harry." Ucapku.

Aku membersihkan semua darah yang mengotori tangan Harry lalu mengambil perban dan plester untuk membalutnya. "Selesai!" Ucapku.

"Thanks."

"Anytime." Balasku. Harry tersenyum.

Aku bangkit dan merapihkan kotak p3k tadi. Berjalan mengambil penyedot debu yang tadi ku letakan di dekat pintu lalu membersihkan bagian karpet yang masih menyisakan pecahan pecahan vas bunga yang halus.

"Diana," Harry memanggilku. Aku mematikan penyedot debu itu lalu menaruhnya di tempat tadi aku letakan. Aku berjalan kearah Harry lalu kembali duduk di sampingnya.

"Ya?" Jawabku.

"Terimakasih."

"Harry, itu bukan masalah besar. Lagipula kau sudah berterimakasih tadi padaku." Aku terkekeh. "Ohya, saat tadi di taman, kau ingin mengatakan apa?" Tanyaku.

Wajah Harry berubah. Ia salah tingkah. Harry tak berani menatapku. "Harry?" Panggilku.

"Y-ya?"

"Aku bertanya, saat tadi di taman kau ingin mengatakan apa?" Ulangku.

"Tidak ada."

Menyebalkan.

"Baiklah, tugasku sudah selesai. Aku kekamar dulu, kau baik baik di situ." Kataku setelah bangkit berdiri dan merapihkan kotak p3k dan berjalan kearah pintu.

Diana ( H.S )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang