Diana POV
Aku tak tau ingin bicara apa. Aku hanya bisa diam, senyum senyum tidak jelas dan kadang ingin sekali berteriak saking senangnya.
Tadi aku sudah makan malam bersama Harry jadi tak ikut the boys makan malam di bawah. Harry langsung pergi setelah mengantarku ke flat.
Saat ini aku sedang berada di balkon. Dengan rajutanku yang belum jadi, dan segelas susu coklat hangat. Kau tau kenapa aku berada disini? Ya, selain aku memang suka berada di balkon alasan lainnya adalah aku akan menyibukkan diri dengan merajut. Ya agar tak terus terusan tersenyum tak jelas karena Harry.
Harry tadi berlaku manis sekali padaku. Ia berusaha menghilangkan ketakutanku. Ia menjagaku. Dan...ia mencium pipiku lagi tadi.
Aku merasa...salah. Bukan seperti ini yang kuinginkan. Aku tak bermaksud sepwrti itu. Aku menerima tawarannya untuk sekedar berjalan jalan dengannya karena aku ingin menganggapnya sebagai kakakku sendiri. Bukan seperti tadi. Bukan seperti ini.
Lagi. Aku salah lagi. Kau venar benar bodoh, Diana! Kau merasa melayang hanya karena di perlakukan seperti itu oleh Harry.
Untuk yang keseribu kalinya kuingatkan bahwa Harry sudah memiliki kekasih. Dan aku benar benar berlaku seperti jalang saat ini.
Aku--
"Diana." Aku tau ini suara siapa. Kebiasaannya adalah memanggil namaku selembut mungkin.
"Zayn." Ucapku tanpa menoleh. Masih memfokuskan mataku pada rajutanku.
Kurasakan bangku ayunan di sebelahku bergoyang. "Hai." Zayn duduk di sebelahku.
"Ya." Ucapku berusaha terdengar manis sekali.
"Katrina titip salam padamu." Katanya.
Aku sontak menolehkan kepalaku menghadapnya. "Ohya? Kau bertemu lagi dengannya?" Tanyaku antusias.
"Begitulah," kata Zayn. "Gadis itu sedang membeli mie instant di supermarket." Lanjutnya.
"Kasihan sekali..." Gumamku.
"Tapi tadi Louis dan aku mengantarnya sampai kerumah. Ibunya sedang sakit keras. Tak bisa bangun dari tempat tidur. Hanya mie instant yang bisa di masaknya." Kata Zayn.
"Besok kau antar aku menemuinya ya, Zayn?" Pintaku.
Zayn mengangguk membuatku tersenyum lebar. "Ohya, kau tadi pergi bersama Harry?" Tanyanya.
"Y-ya." Jawabku gugup. Aku bisa melihat perubahan di wajah Zayn seketika.
Zayn diam. Merogoh saku celananya dan mengambil rokok serta pemantiknya dari dalamnya. Aku diam memperhatikan.
Zayn berjalan ke pembatas balkon dan menyenderkan tubuhnya disana. Masih diam sambil merokok.
Aku tak pernah suka saat Liam merokok. Dan aku juga merasa kesal saat melihat Zayn merokok. Hei itu bisa merusak kesehatannya kan?!
Aku meletakkan rajutanku di kursi ayunan dan berjalan mendekati Zayn. "Zayn, maaf jika aku terlalu cerewet dan ikut campur, tapi sebaiknya kau jangan merokok. Itu bisa mengganggu kesehatanmu kan?" Kataku selembut mungkin agar Zayn tak tersinggung.
"Kemana?" Tanyanya datar. Tak menggubris ucapanku. Aku mengerutkan dahiku tak mengerti dengan apa yang diucapkannya. "Kemana kau pergi bersama Harry tadi?" Katanya lebih jelas.
Aku mengerjapkan mataku saat menyadari nada suara Zayn yang berubah menjadi lebih keras. "A-aku--" baru saja aku ingin menyahut tapi Zayn memotong.
"Sorry." Katanya lebih terdengar seperti lirihan.
"W-what?" Tanyaku. Zayn menggeleng lemah. Ia mematikan puntung rokoknya lalu menyentilnya hingga terlempar kebawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diana ( H.S )
Fanfiction"One day, i'll be strong enough to let you go."-Harry Styles