08

2.4K 222 40
                                    

"Menulis surat untuk Astoria?" Tanya Zenovia membawa susu untuk dirinya.

Zenovia pernah menawarkan Draco untuk meminum susu tapi Draco menolaknya dengan alasan ia sudah besar atau dia ingin minum susu secara langsung. Hal itu membuat Zenovia bergidik ngeri.

Mereka sudah kembali ke Malfoy Manor untuk melewati sisa liburan mereka.

"Ya."

Zenovia hanya terdiam mendengar jawaban Draco. Ia menyeruput susunya dan meletakkan gelasnya di nakas sebelah tempat tidurnya. Mengambil buku muggle untuk dia baca.

"Draco." Panggil Zenovia.

"Hmm."

Zenovia diam sebentar bingung kenapa dia memanggil Draco. "Kenapa kau melakukan ini padaku?"Aakhirnya ia berani mengeluarkan pertanyaan yang selama ini ia pendam.

Draco berbalik melihat Zenovia yang duduk di ranjangnya. "Melakukan apa?"

Zenovia menutup bukunya dengan keras sehingga menimbulkan suara. "Kita sudah menikah, Draco. Lalu kenapa kau berkencan dengan Astoria?"

Satu hal yang paling menyesakkan jiwa adalah harus berpura-pura ikut bahagia ketika melihat orang yang dicintai mencintai orang lain.

"Apakah aku seburuk itu dimata mu? Aku tau kau marah karena perjodohan ini. Aku juga, Draco. Tapi, aku berusaha menerimamu demi keselamatan ibuku, ibumu. Jika saja mereka tidak melakukan unbreakable vow untuk menyatukan kita, aku juga tidak akan menerima ini." Zenovia berusaha menahan air matanya. Lalu ia melanjutkan perkataannya.

"ibuku tetap tiada, tapi ibumu masih hidup. Aku mencintaimu Draco. Sangat. Setidaknya aku berusaha untuk menerimamu. Tapi kau, bahkan untuk memperhatikan kondisiku sedikit saja tidak bisa kau lakukan."

"Lalu apa yang kita lakukan di Gaunt Manor malam itu?" Draco mendengus kesal.

"Kau sendiri yang mengatakan itu adalah kepuasanmu semata. Aku lelah, Draco. Kau tidak menghargai perasaanku sedikit pun sebagai istrimu." Teriak Zenovia di depan wajah Draco.

Zenovia sudah muak dengan pembicaraan ini, ia melangkah keluar Manor dan memilih menenangkan diri di taman belakang Manor dengan Kaya.

Draco meresapi kata-kata Zenovia. Ia memang tidak ingin melakukan ini kepada Zenovia. Bukan berarti Draco sepenuhnya tidak suka dengan Zenovia, ia menyukai Zenovia. Hanya orang bodoh yang tidak menyukai paras cantik Zenovia.

Draco seperti ini karena ia kesal, ia harus menikah dengannya disaat usia nya masih sangat muda. Bahkan Draco tidak pernah melihat Zenovia sebelumnya. Mungkin jika ia diberi kesempatan untuk mengenal Zenovia ia tidak akan melakukan hal seperti ini padanya. Draco merasa dengan menikah tidak akan mengubah apa pun, ia tetap bersenang-senang semaunya tanpa memikirkan perasaan siapa pun.

Draco tau ia salah. Sangat salah. Tapi ia tidak bisa menyangkal bahwa ia juga menyukai Astoria. Astoria selalu baik padanya, Draco nyaman berada dekat dengan Astoria. Tapi saat berada dengan Zenovia membuat ia merasa nyaman, Draco seolah Zenovia lah tempat ia seharusnya pulang.

Draco mengatakan bahwa Zenovia hanyalah kepuasan semata itu tidak benar. Zenovia mengatakannya disaat yang tidak tepat.

Draco juga ingin mengatakan bahwa ia mencintai Zenovia, tapi kata-kata sialan itu yang malah keluar dari mulut nya.

Draco mengacak rambut nya frustasi dengan keadaannya saat ini. Ia melihat keluar jendela menampakkan Zenovia yang duduk di rumput dengan Kaya ditangannya. Menangis.

Zenovia masih mendiamkan Draco sejak kejadian itu. Mereka berdua kini berangkat ke stasiun King Cross. Mereka masuk ke dalam kereta mencari keberadaan sahabat mereka.

Zenovia membuka kompartemen dan menampakkan Pansy, Daphne, Blaise, Theo dan ada Astoria juga disana.

Astoria yang melihat kekasihnya datang langsung bangun dan memeluk Draco erat yang dibalas oleh Draco.

Pansy berdiri dan memeluk Zenovia. "Happy birthday my lovely, Zenovia. Maaf aku terlambat mengucapkannya."

Draco yang mendengar ucapan Pansy pun terkejut.

'Zee ulang tahun? Tapi kapan?' Batinnya.

"Kau berulang tahun, Zenovia?" Tanya Daphne.

Draco bersyukur karena Daphne bertanya.

"Astaga kalian tidak ada yang tau?" Tanya Pansy yang dijawab gelengan oleh semua orang yang ada dikereta itu.

Pansy pun kembali berucap. "Ulang tahun Zenovia tepat saat Natal beberapa hari yang lalu." Pansy menatap teman-temannya. "Kalian sahabat yang buruk." Ia meledek teman-temannya itu.

Zenovia hanya tersenyum mendengarkan ucapan Pansy. Dan membalas pelukan sahabat-sahabatnya yang memberikan ucapan selamat padanya.

Sejujurnya Zenovia ingin orang yang mengucapkannya untuk pertama kali nya bukan Pansy. Tapi bahkan orang itu tidak tau sama sekali. Saat Zenovia menoleh untuk melihat Draco. Ia dan Astoria sudah tidak ada disana.

Mereka semua—Zenovia, Pansy, Blaise dan Theo—sedang berada di common room belajar bersama untuk mempersiapkan OWL yang sebentar lagi dilaksanakan.

Jangan tanya dimana Draco. Bukan, dia tidak sedang bersama Astoria, Astoria bergabung bersama mereka untuk belajar walau dia berbeda tahun. Draco sedang sibuk untuk menyelidiki perkumpulan rahasia yang di buat oleh Harry dan teman-temannya. Draco bergabung menjadi anggota Tim Penyelidik yang dibuat oleh Umbridge bersama Crabbe dan Goyle demi tambahan nilai.

Setidaknya sibuknya Draco membuat ia jauh dari Astoria dan itu membuat kemenangan tersendiri bagi Zenovia.

Zenovia sedari tersenyum mendengar Astoria yang mengeluh karena Draco menjadi jarang memiliki waktu bersamanya.

"Kau begitu khawatir dengan Draco yang hanya mengacuhkanmu selama beberapa hari ini. Bagaimana jika ia mengacuhkan berbulan-bulan?" Tanya Zenovia pada Astoria yang sejak tadi tidak ada hentinya membicarakan 'kekasihnya' itu.

"Itu tidak akan terjadi, Draco tidak akan bisa jauh dari ku walau sedetik pun." Ucap Astoria percaya diri.

"Oh ya? Kau sangat percaya diri sekali. Buktinya saat ini Draco lebih memilih untuk ikut Tim Penyelidik guna menambah nilainya, daripada menempel seperti parasit denganmu disini." Sarkas Zenovia.

"Lihat saja nanti ia akan datang dan merengek kepadaku untuk ditemani." Balas Astoria dengan sengit. Sejujurnya ia agak tersinggung dengan ucapan Zenovia tadi.

Zenovia menatap sinis pada Astoria.

'Baiklah Astoria, persainhan diantara kita dimulai.'

Cukup. Ia tidak ingin seperti ini lagi. Draco adalah miliknya, hanya miliknya. Maka ia akan berjuang demi mendapatkan Draco mulai detik ini.

Pansy yang melihat temannya itu menyeringai berbisik. "Sepertinya akan terjadi persaingan sengit untuk mendaparkan seorang Prince Slytherin disini."

Zenovia menoleh ke arah Pansy."Tentu saja. Karena seorang Prince hanya bisa bersama dengan Princessnya." Ia memberikan senyuman kecil pada Pansy.

















UNBREAKABLE VOW  ll D.M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang