05

2.5K 265 50
                                    

Ternyata Draco meminta Zenovia memilihkan barang tadi untuk ia berikan kepada Astoria.

Secara romantis Draco memberikan kedua barang itu. Bahkan Draco berlutut memberikannya pada Astoria.

Zenovia masih tidak bergerak ditempatnya. Adegan didepannya semakin memanas.

Draco mencium Astoria.

Zenovia ingin sekali rasanya mengutuk kedua orang dihadapannya. Tapi ia harus menjaga emosinya.

"Apa kau hanya akan diam saja melihat kemesraan itu? Lakukan sesuatu, Zenovia. Kau tidak seharusnya merasakan sakit berulang-ulang. Kau pun berhak untuk bahagia, karna yang memilikinya secara resmi adalah dirimu bukan wanita itu."

"Kau sendiri pernah menyakiti ku, Pansy. Kau pun pernah berusaha untuk merebutnya dariku."

Zenovia masih tidak mengalihkan pandangannya dari Draco dan Astoria yang sekarang sudah pergi. Draco memegang erat pinggang Astoria.

"Sampai kapan kau harus mengalah, Zen. Pria itu milikmu. Hanya milikmu, Zenovia. Sadarlah."

"Dia tidak pernah menjadi milikku, Pans."

"Zenovia, kau seorang Gaunt. Kau tidak seharusnya dipermainkan oleh pria brengsek seperti Draco. Pertahankan harga dirimu. Tunjukkan kepada mereka bahwa kau seorang Gaunt yang sebenarnya."

"Aku bukan seorang Gaunt lagi jika kau lupa. Lagipula apa yang bisa aku lakukan? Draco berhak memilih kebahagiaannya sendiri." Zenovia menyeka air matanya dengan kasar. "Sudahlah, Pans. Lupakan saja." Zenovia melangkah meninggalkan Pansy menuju kastil Hogwarts.

Pansy segera menyusul langkah Zenovia dan berjalan beriringan di sebelah Zenovia.

Mereka melanjutkan perjalanannya menuju Hogwarts yang masih jauh.

Ada keheningan di perjalanan mereka. Hingga Pansy membuka suaranya.

"Aku minta maaf, Zen. Atas semua perbuatanku padamu"

Zenovia menghentikan langkahnya menatap Pansy tidak percaya. Hari ini banyak sekali kejadian diluar kepercayaan nya terjadi.

"Untuk semuanya. Semua yang aku lakukan padamu. Aku sadar bahwa aku tidak akan bisa mendapatkan Draco, jadi aku akan membantumu mendapatkan Draco." Pansy menunduk tidak berani menatap Zenovia.

"Sudahlah, aku sudah melupakan segalanya." Zenovia segera membawa Pansy kedalam pelukannya.

Pansy pun tidak percaya jika Zenovia memaafkannya semudah ini. "Terima kasih karena kau sudah mau memaafkanku, Zenovia. Kau adalah manusia paling rendah hati yang pernah aku temui."

Zenovia hanya membalas ucapan Pansy dengan senyuman.

"Ekhm." Suara itu membuat pelukan keduanya harus dilepas.

"Kau bilang akan menyusulku, Zenovia. Tapi kau malah meninggalkan aku sendirian disana. Aku bahkan mencarimu, tapi ternyata kau sudah pulang meninggalkan aku."

"maafkan aku, Daph. Aku lupa." Zenovia memegang kedua telinganya dan memasang wajah memelas.

Ia benar-benar lupa bahwa Daphne ternyata masih berada di Hogsmade sedari tadi. Karena kekecewaannya terhadap Draco, otak Zenovia tidak bisa berpikir dengan jernih.

"It's okay. By the way, kalian sudah berteman sekarang?"

Zenovia dan Pansy mengangguk bersamaan, Daphne segera mendekap keduanya. "Akhirnya kalian akur. Aku sudah jengan melihat pertikaian diantara kalian berdua."

Mereka bertiga melanjutkan perjalanan menuju Hogwarts.

Peraturan yang dibuat Umbridge sepertinya bukan penghalang bagi sepasang love bird Slytherin itu. Mereka selalu terlihat bersama dimana pun itu. Bahkan terkadang mereka sengaja mengumbar kemesraan di depan umun terutama di depan Zenovia.

UNBREAKABLE VOW  ll D.M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang