18

2K 215 59
                                    

Zenovia mengajak seluruh keluarganya termasuk Simba untuk ber-apparate ke Malfoy Manor. Sebenarnya ia tidak setuju untuk kembali ke Malfoy Manor karena disana masih menjadi tempat perkumpulan death eater.

Namun karena permintaan Lucius dengan alasan agar tidak merepotkan Zenovia yang harus mengantarkan bolak balik, dengan terpaksa Zenovia menyetujuinya.

Mereka sampai di titik apparate dan segera memasuki Manor. Tidak ada yang berubah sejak terakhir kali mereka pergi darisan, hanya saja saat ini tidak banyak death eater disana. Sepertinya mereka sedang memburu para muggle.

Mereka disambut oleh pelukan Bellatrix saudari Narcissa. Setelahnya semuanya kembali kekamar masing-masing.

Draco yang melihat gadisnya tengah sibuk membereskan pakaiannya itu pun memeluknya dari belakang. Berniat menganggu Zenovia namun ia urungkan. Setelah merasakan tubuh Zenovia yang sedingin es, walau nyatanya tubuh Zenovia selalu dingin namun kali ini tidak seperti biasanya ini lebih dingin.

Draco segera membalikkan tubuh Zenovia agar bisa menatap Zenovia. Dilihatnya wajah Zenovia yang pucat.

"Zee, kau kenapa? Apa ada yang sakit?" tanya Draco panik.

"tidak Draco aku baik-baik saja"

"tubuhmu?"

"aku lupa, aku harus segera keluar untuk berjemur. Kau disini saja aku akan bersama Simba"

Draco hanya diam menuruti perkataan Zenovia. Lagi pula ia tidak kuat terkena panas matahari yang menyengat saat tengah hari. Sejak dulu ia bertanya-tanya siapa sebenarnya Zenovia, gadis yang menjadi istrinya itu.

Banyak hal yang tidak Draco tau. Zenovia penuh rahasia dan dia harus membuka rahasia Zenovia. Pikir Draco.

Draco menatap Zenovia yang saat ini tengah merebahkan tubuhnya dengan badan simba sebagai bantalnya. Ia menutup matanya menikmati cahaya matahari yang mengenai langsung tubuhnya. Draco berpikir, bagaimana bisa tubuh Zenovia baik-baik saja terkena sinar matahari yang menusuk kulit.

"siapa sebenarnya kau Zee" tanya Draco pada dirinya sendiri.

Entah sudah berapa kali Draco bertanya, namun ia tidak pernah mendapatkan jawabannya. Zenovia menutup dengan rapi identitas dirinya.

Lamunan Draco terhenti saat mendengar pintu kamarnya terbuka. Ternyata ibunya. Narcissa masuk namun tidak melihat keberadaan Zenovia.

"dimana Zee?" tanya Narcissa pada Draco.

Draco menjawab dengan mengarahkan pandangannya keluar jendela. Narcissa mengikuti arah pandangan Draco dan mengangguk paham.

"Bella ingin kau turun" ucap Narcissa.

Draco turun memenuhi panggilan bibinya itu. Betapa terkejutnya dia saat melihat Harry Potter dan temannya yang dipegangi oleh beberapa death eater. Namun ada yang aneh dengan wajah Harry.

Draco diminta untuk mengenali Harry. Tentu saja ia mengenali Harry, karena siapa lagi dia yang selalu pergi dengan teman mudblood dan blood-traitor yang selalu memakai kacamata bulat dan memiliki tanda petir didahinya.

Draco sangat ingin mengungkapkan apa yang ia tau, tapi jika ia melakukan itu maka Harry akan dibawa pada Voldemort dan dihabisi olehnya. Masa depan dunia sihir ada pada Harry, pikir Draco. Maka ia terpaksa berbohong dan mengatakan bahwa ia tidak mengenali Harry.

Ia berharap dengan itu, Harry dapat bebas dan segera membunuh Voldemort maka nanti seluruh keluarganya dapat hidup kembali tanpa bayang-bayang Voldemort yang menakuti mereka.

Disisi lain, Zenovia yang tengah asik menikmati cahaya matahari itu membuka matanya saat mendengar teriakkan dari dalam Manor. Namun ia tidak memperdulikannya.

'mungkin pemaksaan anggota baru' pikir Zenovia dan kembali memejamkan matanya sesekali ia mengelus bulu lembut Simba.

Setelah merasa cukup, Zenovia bangkit berniat untuk kembali kedalam Manor namun saat berdiri kepalanya terasa sangat berat dan pusing pandangannya perlahan mengabur.

Zenovia tetap memaksakan dirinya untuk berjalan masuk kedalam Manor walau sesekali ia harus tersandung dan jatuh karena pusing dikepalanya tidak juga menghilang pandangannya juga masih sama. Buram.

Draco yang baru saja kehilangan tongkatnya dan menatap kepergian Harry dan yang lainnya terkejut saat melihat Zenovia yang berjalan memasukki Manor dengan tangan yang memegang kepalanya. Ia melihat cara jalan Zenovia yang tidak beres itu segera menghampiri Zenovia.

Tepat saat Draco berada dihadapan Zenovia, Zenovia pingsan untung saja Draco dapat menangkapnya tepat waktu. Seluruh orang yang ada diruangan itu pun panik melihat Zenovia yang pingsan.

Segera Narcissa memerintahkan salah satu death eater untuk memanggil Healer untuk memeriksa keadaan Zenovia.

Narcissa, Lucius, Draco termasuk Bellatrix yang ikut masuk kedalam kamar Draco itu terdiam mendengar penjelasan akibat dari pingsannya Zenovia.

Mereka menatap Zenovia yang masih menutup matanya dengan tatapan tidak percaya yang sulit untuk dijelaskan.

Zenovia perlahan mengerjapkan matanya saat kesadaraan mulai memasukki dirinya. Ia terkejut karena ia dikelilingi oleh seluruh keluarganya.

Draco membantu Zenovia untuk bersandar dikepala ranjang. Draco memberikam Zenovia segelas air putih. Zenovia masih menatap semuanya dengan tatapan bingung sambil meneguk air yang diberikan Draco.

"ada apa? Apa aku baik-baik saja?" tanya Zenovia. Ia sudah muak ditatap dengan tatapan itu terutama Bellatrix yang terlihat menahan sesuatu dibalik senyumannya itu.

Draco menggenggam tangan Zenovia erat. Jatung Zenovia semakin berdetak dengan cepat dari biasanya melihat reaksi Draco.

"Draco katakan sesuatu" pinta Zenovia.

Bukannya menjawab Draco justru memeluk Zenovia dengan erat dan menangis dipelukan Zenovia. Zenovia semakin bingung dengan sikap Draco.

"aku mohon ada yang bisa menjelaskan sesuatu padaku?" sekali lagi semuanya hanya diam.

Bellatrix yang juga sudah geram akan membuka mulutnya namun langsung didekap oleh Narcisaa. Hal itu membuatnya sedikit marah, ingin sekali ia mengutuk Narcisaa jika bukan saudaranya sendiri. Lagi pula ia sudah kehilangan tongkatnya saat ini.

Draco melepas pelukannya pada Zenovia segera ia mengusap air matanya kemudian menatap Zenovia dengan intens. Tangan Draco beralih ke perut Zenovia kemudian mengelusnya.

"aku penasaran laki-laki atau perempuan nanti yang akan keluar" ucap Draco.

Sungguh Zenovia sangat benci diberi teka-teki seperti ini. Ia bukan anak Ravenclaw yang ingin memasukki asrama mereka.

Bellatrix mengigit tangan Narcisaa yang membekap mulutnya "kau hamil idiot"

Sontak Zenovia menatap Bellatrix tidak percaya. Ia masih bengong bahkan tidak mengerjapkan matanya.

Draco segera menepuk pipi Zenovia agar kembali sadar. Zenovia segera memeluk Draco erat.


Narcissa menarik tubuh Draco dari pelukan Zenovia ia juga ingin memeluk putrinya itu. Draco yang mendapat perlakuan itu dari ibunya hanya bisa berdecak kesal. Ia kan masih ingin memeluk Zenovia.

"selamat dear, aku tidak sabar menantikan cucuku ini" ucap Narcissa.

Sementara Bellatrix sudah keluar kamar Draco dengan senyuman mengembang diwajahnya. Ia sedikit melompat-lompat saat keluar kamar. Lalu ber-disapparate.






















Kemane tu nyai Bella?

UNBREAKABLE VOW  ll D.M [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang