2. Target baru

63 7 0
                                    

   
   "Alfin itu bagaikan serigala. Tidak mudah ditaklukkan seperti anjing pemburu."

*****

Alfin duduk termenung di bangkunya memikirkan ucapan Dion saat di kantin. Jika dipikir siapa yang akan percaya dengan rumor yang dikatakan Dion untuk seorang gadis seperi Leya. Namun, melihat betapa seriusnya pria itu saat bercerita serta keyakinannya membuat Alfin harus mempercayai perkataan nya. Dan jika benar yang dikatakan sahabatnya itu, maka ia harus pindah dari bangkunya sekarang juga. Tanpa pikir panjang, Alfin segera membereskan barang-barangnya dan mencari bangku lain.

"Eh bisa tukaran tempat gak?" tanya Alfin pada pria di sebelahnya.

"Gak deh,’’ tolak pria itu yang Alfin ketahui Ragil namanya. Penolakan langsung pada percobaan pertama.

"Eh gue bisa duduk di sini gak," lanjut Alfin tidak menyerah, dan lagi dijawab dengan gelengan.

Tidak ada yang mau bertukaran tempat dengan Alfin, karena mereka tidak ingin menjadi lampiasan amarah Leya jika duduk di samping gadis itu. Hal itu membuat perkataan Dion ada benarnya tentang gadis itu, merasa bingung Alfin kembali ke tempatnya sambil menghela nafas kembali berfikir apa yang sedang ia lakukan saat ini.

"Ngapain lo dekat bangku gue, mau nyuri ya!" teriak seseorang yang Alfin yakini adalah gadis yang sedang ia hindari.

'mampus gue.' 

Alfin membalikan tubuhnya dengan santai, sepertinya sia-sia juga uhasa untuk menghindari gadis tersebut dan Alfin memilih untuk menghadapinya. Bukannya Alfin takut pada gadis di hadapannya itu, tetapi Alfin hanya mencoba menghindari segala kemungkinan buruk yang ada jika berdekatan dengan gadis itu.

"Siapa yang mau nyuri, orang gue duduk di sini."

Alfin melihat gadis itu terpana untuk beberapa saat, bukan karena ucapannya, mungkin parasnya kali.

"Hai tampan, kamu anak baru, ya. Kok aku baru tau," ujar gadis itu manja, baru saja beberapa detik sekarang gadis itu sudah mengganti panggilannya menjadi  aku-kamu benarkan tebakan Alfin.

'karena lo sibuk molor bodoh.'  

Alfin menghela nafasnya kasar dan kembali duduk di bangkunya. Leya yang melihat itu ikut duduk di samping Alfin, melontarkan berbagai macam pertanyaan yang membuat pria itu kesal setengah mati.

"Nama kamu siapa, kapan  pindah, kenapa aku gak liat tadi, oh ya aku Leya, kalo mau no wa, aku bisa kasih kok."

Alfin tidak memperdulikan ucapan gadis itu, ia mengambil bukunya dan berusaha untuk fokus  meskipun dia sedang kesal bukan main. Karena tidak tahan Alfin menatap tajam gadis itu.

"Lo berisik, bisa diam gak," ucapnya dingin.

Mendapat perlakuan seperti itu tentu saja tidak bisa diterima oleh Leya, belum sempat ia melontarkan protesnya seorang guru pun masuk untuk memulai pelajaran.

'liat aja lo.'  Batin leya.


*****


Bel berbunyi pertanda pulang sekolah, seorang gadis sudah berdiri di tengah lapangan dengan sebuah toak di tangannya, siap untuk memulai aksinya.

1...2...3

"ALFIN ALVANO GUE LEYA ALUDRA WIJAYA NEMBAK LO JADI PACAR GUE!"

teriak gadis itu dengan toaknya, jangan tanyakan dari mana Leya mengetahui nama Alfin, karena dia sudah mempersiapkan semuanya. semua siswa yang baru saja keluar dari kelas lantas berlari menuju lapangan melihat aksi konyol tersebut, banyak yang memotret dan bahkan merekam aksi tersebut, namun hal itu tidak menggoyahkan aksi Leya, ia tetap bersikukuh menaklukan pria yang telah mengacuhkannya beberapa jam yang lalu.

Rumor LeyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang