7. persepsi seorang sahabat

40 5 1
                                    


"Alfin lo mau bunuh gue ya!" teriak Leya menggenggam erat tas Alfin karena pria itu membawa motornya dengan kecepatan penuh.

"Gue enggak mau telat," balas Alfin sengaja melakukan itu untuk menakuti Leya.

"Nanti kalo jatoh gimana."

"Jatoh ya jatoh, lagian kalo jatoh pasti ke bawah jadi gak perlu khawatir, udah biasa juga."

"Lo nya iya, nah gue, bisa lecet badan gue nanti."

"Kalo gitu, gue bisa nurunin lo di sini. Lo bisa berangkat sendiri ke sekolah."

"Gak bisa gitu dong, kan gue perginya sama lo."

"Ya udah diam aja."

"Jangan ngebut, Alfin!"

Alfin tidak memperdulikan teriakan gadis itu, ia tetap melaju kencang membelah jalanan kota. Merasa kesal, Leya menggigit bahu Alfin membuat pria itu menghentikan motornya mendadak.

"Lo mau mati ya!" bentak Alfin.

"Abis, lo gak dengerin gue sih."

"Lo tau, kan ngelakuin hal itu bisa bikin bahaya. Gimana kalo nanti terjadi kecelakaan? Mau tanggung jawab lo."

"Ck, gue minta maaf, lagian lo bawanya ngebut banget. Gue takut," guman Leya.

"Jangan diulang lagi."

"Tapi, pelanin dikit ya," pinta Leya.

Alfin kembali melajukan motornya, kali ini ia membawanya dengan kecepatan normal, takut jika nanti gadis itu berbuat nekat seperti tadi.
Alfin menghentikan motornya tepat saat tiba di depan sekolah, namun gerbang sekolah sudah di tutup sepuluh menit yang lalu.

"Pak bukain pintunya dong," pinta Alfin.

"Maaf den, gerbangnya sudah ditutup sepuluh menit yang lalu," ujar satpam.

"Telat dikit kok, kita masih bisa ngikuti pelajaran pertama, kok."

"Sudah peraturannya atuh, yang telat gak boleh masuk."

"Pak, sekali ini aja," rengek Alfin.

"Maaf, bapak gak bisa."

Alfin hanya menghela nafas jengah, nasib buruk selalu terjadi jika ia berdekatan dengan Leya.

"Gimana?" tanya Leya.

"Ini semua gara lo, liat sekarang kita telat."

"Kok nyalahin gue sih?"

"Dari awal gue ngebut biar gak telat, dan lo malah bikin masalah di jalan."

"Eh, kalo dari awal lo bawa motor biasa-biasa aja, kita gak bakalan ngabisin lima belas menit buat berantem di jalan."

"Sekarang apa?" tanya Alfin masih kesal.

"Ikut gue!"

Leya membawa Alfin menuju halaman belakang sekolah, untuk motor, Leya meminta pria itu menitipkannya di warung luar sekolah.

Rumor LeyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang