Hari ini adalah hari pertama anggota tim basket berlatih. Leya, Alfin beserta anggota lainnya sudah berkumpul di lapangan indoor. Sambil mendengarkan arahan dan penjelasan dari pelatih mereka.
Meskipun perempuan, Leya dan Jessi terpilih menjadi team inti yang akan bertanding nanti. Dan itu membuat Jessi jengah karena menyadari bahwa dirinya sudah termakan rayuan Leya untuk ikut bergabung. Jessi tidak menyukai bermain bersama pria karena menurutnya pria selalu bermain kasar. Dan yang membuat Jessi semakin jengah adalah karena hanya mereka berdua pemain wanita yang bergabung.
"Kita se team lagi nih, udah lama gak main bareng tanpa harus duel," ujar Leya menghampiri Jessi.
"Dan gue nyesal udah ikut gabung. Mana gue sendiri lagi ceweknya," balas Jessi seraya mengikat tali sepatunya. Sebentar lagi mereka akan bermain.
"Kok gitu, gue juga cewek kali," sahut Leya karena merasa tak dianggap.
"Cewek jadi-jadian baru iya."
"Enak aja gue cewek jadi-jadian, kelamin gue jelas kok bentuknya!" teriak Leya ikut menyusul Jessi ke lapangan.
Di lapangan sudah ada Alfin, Dion dan anggota inti lainnya. Untuk sesi pertama, mereka akan bermain seperti biasa untuk melatih kekompakan dan mengakrabkan diri satu sama lain. Karena ini kali pertamanya mereka menjadi rekan satu team kecuali Leya dan Jessi yang memang sudah sering tanding bersama.
"Alfin, akhirnya bisa main bareng lagi sama lo," ujar Leya menghampiri Alfin.
"Emang lo ya, sebenarnya tujuan lo main emang mau tanding atau cuma gangguin gue doang," balas Alfin.
"Gue gak ada niat kok buat gangguin lo, gue tu gabung karena gue pengen ikut tanding, abisnya udah lama gak ada event buat tanding basket. Makanya gue semangat buat ikutan," jawab Leya.
"Oke semuanya sudah siap!"
"SIAP PAK!" teriak mereka serentak.
Pitttt ....
Suara peluit menandakan bahwa permainan dimulai. Alfin berkesempatan membawa bola terlebih dahulu. Alfin mendribble bola basket dengan langkah pasti, karena ini adalah permainan team, Alfin mengoper bola pada Dion yang ditangkap langsung oleh pria itu. Dion melakukan drible dan menembakkan bola ke dalam ranjang.
Kini giliran Jessi yang berkesempatan untuk mendribble bola pertama. Meski awalnya Jessi terlihat enggan dan tidak bersemangat bermain, kini gadis itu tampak begitu fokus bermain. Memang kecintaannya terhadap basket membuat Jessi tidak peduli dengan siapa ia bermain. Jessi memberi aba-aba pada Leya untuk menangkap bola, Leya yang mengerti akan isyarat itu langsung menangkap bola pemberian Jessi.
Meski mereka bermusuhan namun keduanya tetap bisa menjaga kekompakan dalam team seperti saat ini. Sejenak keduanya melupakan bahwa mereka saling ber-pertikaian. Kata Leya ini lah yang dinamakan profesional. Leya bertos ria bersama Jessi setelah berhasil memasukkan bola kedalam ring.
"Tumben lo pada gak ribut," ujar Dion melihat keduanya.
"Bermusuhan boleh, tapi waktu kerja kita harus tetap profesional," jawab Leya angkuh.
"Terpaksa aja kali," sanggah Jessi.
"Jangan mulai deh," sahut Leya. Dion yang melihat itu hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah keduanya begitupun dengan Alfin.
Mereka terus berlatih hingga pukul lima sore. Alfin membereskan barang-barangnya terlebih dahulu sebelum pulang.
"Fin, gue nginap rumah lo ya. Bonyok pada dinas ke luar kota,malas gue sendiri di rumah," ujar Dion menghampiri pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumor Leya
Teen FictionUpdate 22 Juli 2021 #Fiksi Remaja Alfin tidak menyangka jika gadis seperti Leya memiliki reputasi paling buruk di sekolah. Gadis itu bahkan tidak peduli statusnya sebagai cucu dari pemilik yayasan SMA Taruna Wijaya. Rumor akan Leya selalu menjadi ba...