31. Keputusan Wijaya

32 4 0
                                    


Leya beserta keluarganya pergi berpiknik menjelang ujian tiba. Wijaya yang merupakan kakeknya sendri yang mengajak langsung anak dan cucunya untuk berlibur. Selain untuk refreshing sebelum ujian, masih ada suatu hal yang ingin disampaikan Wijaya kepada keluarganya. Leya dan Leo tengah bermain lari-larian, seperti biasanya Leya akan mengganggu adiknya itu hingga kesal.

Namun Leya sangat bahagia ketika mereka sudah kembali akrab seperti dulu, Leya dan Leo bermain bebas seperti sewaktu mereka kecil dahulu. Tak ingin main berdua, kedua kakak beradik ini mengambil ancang-ancang untuk mengganggu Laura yang sibuk dengan ponselnya. Merasa terganggu, akhirnya Laura ikut mengejar mereka. Jarang-jarang melihat ketiganya bermain bersama seperti saat ini semenjak mereka memiliki kesibukan masing-masing.

"Anak-anak bermain dengan bahagia," ujar Dela ketika melihat buah hatinya.

"Benar. Sudah lama tidak melihat mereka seperti ini," sahut Andi.

"Anak-anak sangat penting untuk memperhatikan pertumbuhan mereka. Lain Kali sering-sering lah ajak mereka bermain keluar," sambung Wijaya.

"Ayah, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Andi pada sang ayah.

"Ayah sudah lama memikirkan ini, menurutmu bagaimana jika ayah mewariskan yayasan ini pada Leya," tanya Wijaya kembali.

"Ayah yakin. Ayah tau sendiri, kan bagaimana Leya," ujar Andi tidak yakin dengan keputusan sang ayah.

"Kenapa. Kau tidak percaya pada anak sendiri?" tanya Wijaya.

"Bukan begitu, hanya saja bukannya lebih baik mewariskannya pada Laura. Selain dia berprestasi Laura juga merupakan yang tertua," jawab Andi.

"Apa boleh tau alasan Ayah memilih Leya?" tanya Dela ikut berbicara.

"Leya memang tidak memiliki apa yang Laura punya, begitu juga sebaliknya. Kau tau apa yang tidak dimiliki Laura tetapi menjadi sesuatu yang sangat penting bagi Leya?" Andi maupun istrinya mencoba memikirkan hal tersebut. Sesuatu yang dimiliki Leya tetapi tidak dimilki Laura.

"Itu adalah kerendahan hati serta rasa tanggung jawab yang besar. Leya mungkin memang sering menimbulkan masalah, tetapi ini sudah sesuatu yang wajar bagi remaja sepertinya. Setiap kali menyebabkan masalah, Leya akan senang hati mempertanggung jawabkan masalahnya sendiri."

"Namun Laura, sebagai seorang kakak dia terus mencoba untuk menjadi lebih baik, tanpa memikirkan sekitarnya. Ia tidak ingin ikut terlibat dalam masalah Leya, atau mencoba membantu sang adik menyelesaikan masalahnya sendiri hanya takut terlibat dan memiliki reputasi buruk seperti Leya. Tetapi Leya, dia sendiri tidak segan-segan membantu kedua saudaranya itu ketika kesulitan, meskipun ia tau ia akan terlibat masalah nantinya," sambung Wijaya sambil melihat cucu-cucunya.

Wijaya tidak bermaksud pilih kasih, ia sendiri sangat menyayangi ketiga cucunya itu. Wijaya sangat memperhatikan dan menilai mereka dengan sangat baik. Sehingga ia tahu segala bentuk macam tabiat mereka.

"Jika itu yang Ayah pikirkan, kami juga setuju. Tidak sadar anak-anak sudah tumbuh sebesar ini," ujar Andi memperhatikan anak-anaknya.


*****


Laura membuang tasnya asal. Ia begitu kesal hingga tidak tahu harus berbuat apa. Laura tidak dapat menerima keputusan kakeknya yang memberikan yayasan kepada Leya.

Flash back

Setelah puas bermain, Andi memanggil ketiga anaknya untuk beristirahat. Sambil makan siang mereka juga berbincang santai, hingga tiba pada topik utama mengapa kakeknya mengajak mereka berlibur.

"Kakek ingin menyampaikan hal serius kepada kalian," ujar Wijaya memulai pembicaraan.

"Ada apa kek?" tanya Leya.

Rumor LeyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang