"Itu bukan kebenaran, melainkan cuma asumsi lo doang. Terkadang untuk membuktikan bahwa asumsi kita benar atau salah, kita harus memahami terlebih dahulu objek yang menjadi asumsi kita. Baru kita bisa menilai benar salah baik dan buruknya. Sekarang gue tanya, emang lo ngerti apa tentang gue," (Leya)*****
Anggota team basket Taruna Wijaya semakin giat berlatih setiap harinya. Tinggal dua hari menjelang pertandingan membuat mereka lebih serius dan berlatih lebih keras lagi. Membawa kemenangan adalah tujuan utama mereka, karena itu mereka harus berlatih dan berlatih lagi untuk mengasah kemampuan mereka.
Leya mengikat rambutnya asal, keringat membanjiri wajah gadis itu selepas bermain. Leya memilih duduk sejenak memperhatikan yang lainnya bermain, tubuhnya sangat lelah. Memang beberapa hari ini Leya kurang istirahat dan banyak beraktivitas, membuat tubuhnya lebih gampang lelah dari biasanya.
"Lo gak papa," tanya Alfin menghampiri Leya. Sedari tadi Alfin terus memperhatikan gadis itu yang tengah melamun.
"Hmm, capek," jawab Leya malas.
"Lo istirahat aja, kalo perlu gue bisa izinin lo sama pelatih. Lagian wajah lo juga pucat," ujar Alfin khawatir.
"Gue pucat gara makeup gue luntur, lagian bentar lagi pertandingan gue gak bisa malas-malasan. Gue cuma butuh istirahat doang kok," tolak Leya.
"Ya udah, istirahat aja. Jangan terlalu dipaksakan," balas Alfin sebelum meninggalkan Leya dan kembali ke lapangan.
Sebagai kapten, Alfin harus memperhatikan setiap anggotanya.
Leya menyandarkan tubuhnya pada bangku penonton, sesekali ia menguap karena mengantuk. Tak tahan, Leya memilih membaringkan tubuhnya untuk tidur, matanya terasa sangat berat hingga ia pun terlelap.
*****
"Dua hari lagi kita akan bertanding, Bapak harap kalian tetap menjaga kekompakan, istirahat yang cukup dan membawa kemenangan untuk sekolah kita," ujar pak Rafi selaku pelatih mereka.
"Siap Pak!"
Setelah memberikan arahan kepada anggota team basket, kini semuanya beranjak untuk pulang ke rumah masing-masing. Alfin masih berbincang-bincang bersama pelatih membahas apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Sebagai kapten team Alfin telah memahami setiap kemampuan dan kekurangan rekan teamnya sehingga ia bisa membuat strategi saat bertanding nanti. Kemampuan analisa-nya begitu teliti sehingga ia terpilih menjadi kapten.
Setelah usai berbincang, Alfin membereskan barangnya bersiap untuk pulang. Namun langkahnya terhenti saat menyadari Leya yang tertidur pulas di bangku penonton urutan ke-tiga membuat siapapun tidak dapat melihatnya. Melihat itu, Alfin menghampiri untuk membangunkannya.
Leya tertidur begitu pulas, tidak menyadari apapun di sekitarnya. Membuat Alfin gemas sendiri melihatnya yang tampak sangat polos. Alfin menusuk pipi Leya dengan jarinya pelan, berniat mengganggu tidur nyenyak gadis itu.
Merasa tidurnya terusik, Leya menggeliat terbangun dari tidur nyenyak nya. Hal pertama yang ia lihat adalah wajah tampan Alfin yang tengah memperhatikannya. Sadar akan itu, Leya bangkit dengan wajah khas bangun tidur.
"Jam berapa sekarang?" tanya Leya.
"Apa lo tidur di sini seharian, lo bahkan gak masuk sekolah tadi," jawab Alfin berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumor Leya
Teen FictionUpdate 22 Juli 2021 #Fiksi Remaja Alfin tidak menyangka jika gadis seperti Leya memiliki reputasi paling buruk di sekolah. Gadis itu bahkan tidak peduli statusnya sebagai cucu dari pemilik yayasan SMA Taruna Wijaya. Rumor akan Leya selalu menjadi ba...