25. Jadian

41 5 0
                                    

"Lo gak perlu takut sama perasaan lo, karena ini bukan perasaan sesaat. Gue tau lo tulus sama gue, jadi lo gak akan nyakitin perasaan gue. Meskipun saat ini perasaan lo cuma sesaat, gue bakal buat perasaan lo hanya untuk gue selamanya," (Alfin)

*****


Hari ini adalah hari terakhir siswa siswi Taruna Wijaya di perkemahan. Semua siswa tengah merapikan barang-barang mereka bersiap untuk pulang. Leya masih belum siap berhadapan langsung dengan Alfin, setiap kali dia melihat pria itu, Leya secepat mungkin menghindar.

Melihat hal itu, Alfin memaklumi keadaan mereka sekarang, dia tidak menyesal sedikit pun karena telah mengungkapkan perasaanya pada Leya, dan Alfin akan memperjuangkan perasaannya.

Seluruh siswa-siswi sudah berkumpul untuk absen, mereka akan menaiki bis yang sama sewaktu berangkat kemarin. Karena tidak terlalu fokus, Leya hampir terjatuh saat hendak menaiki bis, namun seseorang menahannya dari belakang hingga Leya tidak jadi jatuh.

"Hati-hati," ujar Alfin yang menahannya.

Leya hanya tersenyum kecil, dan menaiki bis. Leya sengaja memilih duduk bersama Mira karena ia yakin, akan sangat canggung bila duduk bersama Alfin. Leya tahu tidak mungkin untuk terus menghindari pria itu, hanya saja, ia harus memantapkan hatinya terlebih dahulu untuk menghadapi Alfin.

Sesampainya di sekolah, mereka diberi arahan terlebih dahulu sebelum kembali ke rumah masing-masing. Leya sudah mengecek kembali barang-barangnya dan bersiap untuk pulang bersama yang lainnya.

"Gue antar," ujar Alfin menghampiri Leya.

"Sorry banget ya. Gue pulang bareng Mira, lagian kita mau pergi ke suatu tempat dulu," tolak Leya halus.

Alfin mengangguk paham dan membiarkan gadis itu pergi. Alfin tidak bodoh, ia tahu bahwa Leya sedang menghindarinya. Walaupun Alfin sangat ingin mendengar jawaban dari Leya, tetapi Alfin akan menunggu hingga gadis itu siap mengatakannya.

"Lo kenapa sih, tiba-tiba jadi diam gini?" tanya Mira.

"Gue butuh nenangin diri," balas Leya.

Gadis itu tiba-tiba mengajak mereka ke tepi danau dekat taman, sangat tidak biasa untuk orang seperti Leya.

"Sedang jatuh cinta dia mah," ujar Didi.

"Lo jatuh cinta. Sama siapa?"

"Apaan sih."

"Udah ngaku aja, keliatan kok dari wajah lo," tukas Didi.

"Gue bingung sama perasaan gue."

"Alfin ya," tebak Mira

"Kok lo tau sih,kan gue belum bilang apa-apa."

"Ya habis, gue liat lo ngindarin Alfin. Biasanya, kan lo selalu cari cara biar bisa deketin tu anak. Lagian keliatan banget tu di wajah lo."

"Alfin ngungkapin perasaannya ke gue. Gue gak tau harus gimana, gue senang, tapi gue gak yakin sama perasaan gue sendiri."

"What. Alfin ngungkapin perasaannya sama lo. Gue kira elo yang ngungkapin perasaan sama Alfin, kok bisa sih," teriak Mira histeris.

"Ya bisa lah, itu tandanya selama ini usaha gue buat dekatin Alfin berhasil. Tapi gue malah bingung sendiri sama perasaan gue," sahut Leya.

"Gue udah bilang sebelumnya, lo harus bisa bedain perasaan lo, kalo gak ingin menyesal suatu hari nanti. Lo harus yakin, ikuti kata hati lo."

"Lo harus bisa nentuin apa yang hati lo mau. Coba pikirkan lagi, selama ini lo berusaha keras dekatin Alfin emang karena lo suka atau hanya untuk kepuasan sesaat karena lo udah berhasil balas dendam karena di tolak Alfin sebelumnya," tukas Didi.

Rumor LeyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang