Leya masih merasakan degup jantungnya, selama perjalanan pulang dari supermarket hanya ada keheningan diantara keduanya. Baik Leya maupun Alfin sama-sama tidak berbicara sedikitpun, bahkan ketika sampai di rumah Leya, mereka hanya berpamitan dengan canggung.
Mengingat itu, Leya kembali tersenyum ketika Alfin memeluknya, merasakan getaran aneh namun menyenangkan. Entah bagaimana reaksi besok ketika bertemu dengan Alfin, Leya merasa malu dan gugup, mungkin untuk ke depannya Leya akan mencoba sedikit menghindari Alfin jika tidak ingin jantungnya bermasalah.
Siswa-siswi Taruna Wijaya sudah berkumpul di lapangan, sesuai jadwal hari ini mereka akan pergi berkemah. Pembagian kelompok akan diumumkan sebelum keberangkatan, Leya benar-benar menghindari Alfin, jika biasanya ia akan selalu mencari pria itu, kini sebisa mungkin Leya mencoba menjaga jarak selain waktu Alfin mengantar jemput nya sekolah, Alfin bersungguh-sungguh dengan ucapannya untuk menjemput dan mengantarnya.
Leya bahkan sengaja bertukar bangku dengan Didi membuat Alfin bingung, jika ditanya Leya hanya beralasan hanya ingin duduk bersama Mira. Mendengar nama Alfin disebut kepala sekolah untuk pembagian kelompok, Leya berharap ia tidak berada di kelompok yang sama.
"Kelompok tujuh, Alfin Alvano, Laura putri Wijaya, Almira, Deni, kiranti." Leya bersyukur tidak mendengar namanya dalam kelompok tersebut.
"Kelompok delapan, Jessica, Didi Nugraha, Rangga Saputra, Dion, Leya Aludra Wijaya."
Pembagian terus berlanjut hingga selesai, sekarang mereka menuju bis untuk memulai keberangkatan. Kelas XI IPA-5 akan satu bis dengan kelas XI IPS-3. Leya masuk berdesakan dengan siswa lain untuk memilih kursi meski harus berhimpitan dengan siwa lain, Leya berusaha untuk mendapatkan kursinya. Namun Leya tetap kalah cepat, ia melihat deretan kursi yang telah diduduki oleh penghuninya membuat Leya tidak tahu harus duduk dimana karena semua bangku hampir terisi penuh kecuali bagian belakang.
Berjalan ke belakang, Leya melihat satu bangku kosong dan berjalan menuju bangku tersebut, namun Leya mengurungkan niatnya saat melihat Alfin duduk di samping bangku kosong tersebut. Leya hendak berbalik dan mencari bangku lain namun lengannya lebih dulu dicekal oleh Alfin. Pria itu menarik Leya hingga terduduk di sampingnya.
"Mau kemana, gak ada lagi bangku kosong di sana," ujar Alfin. Leya hanya tersenyum kecil menanggapinya.
"Gue letak tas dulu," balas Leya, ia melepaskan tasnya dan meletakkannya di dashboard.
Saat Leya hendak duduk kembali, bis tiba-tiba berjalan membuat Leya yang belum siap terkejut dan terjatuh di pangkuan Alfin, pria itu dengan sigap menahan tubuh Leya yang berada di pangkuannya agar tidak oleng.
"Ma-maaf, gue gak sengaja," ujar Leya menoleh kebelakang, dan bertepatan saat itu hidungnya bersentuhan dengan hidung Alfin. Leya dapat merasakan debaran jantungnya kembali berdetak kencang, tatapan matanya terkunci oleh tatapan Alfin begitu dalam, membuat waktu seolah-olah berhenti.
"Kayaknya lo nyaman banget duduk di pangkuan gue," bisik Alfin.
Leya yang tersadar akan hal itu langsung berdiri dan duduk di bangkunya kembali, Leya mencoba menetralkan debarannya dan rasa malu dengan situasi canggung tersebut. Alfin yang melihat itu hanya tersenyum senang.
"Kenapa lo ngindarin gue?" tanya Alfin.
"Gue gak ngindarin lo, perasaan lo aja kali," jawab Leya gugup.
"Lo gak bisa bohong, keliatan banget di muka lo," balas Alfin.
"Gue juga gak bermaksud buat ngindarin lo, tapi ...." Leya tidak melanjutkan ucapannya karena ia takut Alfin akan menertawakan alasan bodohnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumor Leya
Teen FictionUpdate 22 Juli 2021 #Fiksi Remaja Alfin tidak menyangka jika gadis seperti Leya memiliki reputasi paling buruk di sekolah. Gadis itu bahkan tidak peduli statusnya sebagai cucu dari pemilik yayasan SMA Taruna Wijaya. Rumor akan Leya selalu menjadi ba...