Sudah tiga hari berlalu semenjak gosip pacar Leya beredar, dan selama itu pula Leya tidak pernah mengganggu Alfin lagi, bahkan kini gadis itu sudah kembali pada kebiasaan membolos nya, membuat Alfin menjadi jarang bertemu dengan Leya. Gosip tentang mereka berdua yang berpacaran perlahan tidak lagi terdengar olehnya, entah bagaimana bisa mereda, yang jelas Alfin merasa sedikit tenang. Akhirnya ia dapat merasakan kehidupan normal setelah mendapat berbagai macam gangguan dari orang yang sama.
"Fin, si Leya kok gak gangguin lo lagi?" tanya Dion.
"Kenapa gue ngerasa kalo lo gak senang, ya," balas Alfin.
"Bukan gitu, yah aneh aja. Biasanya tu anak bakalan nyamperin lo di kantin, dan juga gue gak dengar lagi tuh gosip kalian berdua. Jujur sama gue, lo ngomong apaan sama Leya waktu di parkiran?" tanya Dion antusias.
''Gue cuma minta dia buat jauhin gue, lalu dia sendiri yang minta maaf sama gue," jawab Alfin.
"WHAT ... Seorang Leya minta maaf, lo becanda." Reaksi Dion berlebihan.
"Emang kenapa sih, heboh banget dengernya," sahut Alfin.
"Gue kasih tau yah, Leya tu paling anti ngucapin kata maaf. Jangan kan sama lo, selama ini dimarahi guru maupun orang tuanya aja, tu anak gak pernah minta maaf, wajar dong gue gak percaya."
"Menurut gue, dia benar-benar tulus waktu minta maaf. Gue jadi ragu Leya yang lo maksud itu sama atau enggak dengan Leya yang gue pikirin, kok gue ngerasa lo mendeskripsikannya terlalu berlebihan. Meskipun gue selalu kesal sama dia, tapi gue percaya setiap orang itu punya sisi baiknya masing-masing," bela Alfin.
"Dan Leya adalah pengecualian, nih ya. Selama dua tahun gue sekolah di sini, tu cewek gak pernah nunjukin sisi kemanusiaannya, yang ada selalu buat onar, keributan, pokoknya gak ada baik-baiknya," sanggah Dion.
"Gue penasaran kenapa lo segitu bencinya sama Leya, atau jangan jangan lo pernah jadi korban buli tu cewek," tebak Alfin.
"Sebenarnya .... "
Alfin memarkirkan motornya disebuah kafe, ia berniat untuk bersantai sejenak sebelum pulang ke rumah, dan menikmati pemandangan sore hari. Rasanya sangat tenang dan nyaman ketika ia menyesap kopi, juga sebagai perayaan karena tidak terlibat dengan seorang gadis yang menjadi pengganggu hidupnya untuk beberapa hari ini.
Namun baru saja ia merasakan ketenangan tersebut, kini beban hidupnya kembali kala melihat Leya datang berjalan menghampirinya.
"Alfin. Kok lo bisa ada di sini?'' tanya Leya antusias.
"Ini tempat umum, emangnya ada larangan buat gue datang ke sini," jawab Alfin.
"Enggak kok, hehe. Kebetulan sekali, ya."
"Ck, kebetulan yang menyebalkan," guman Alfin.
"Kok gitu sih, gue kan udah ngejauhin lo, dan gosip tentang kita juga udah mereda. Kenapa lo masih marah," ucap Leya tak terima.
"Gue emang bersyukur lo gak gangguin gue lagi, tapi gue masih khawatir, ya dekat-dekat sama lo," jawab Alfin.
"Judes amat, rindu baru tau rasa," ucap Leya kesal.
"Rindu apaan, yang ada gue tu senang akhirnya gak ada lagi yang gangguin gue," balas Alfin.
Merasa tidak mendapatkan kenyamanan lagi, Alfin segera beranjak dari tempatnya. Niatnya untuk bersantai kini terusik karena kehadiran Leya.
"Mau kemana!" panggil Leya.
"Pulang," balasnya ketus.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumor Leya
Teen FictionUpdate 22 Juli 2021 #Fiksi Remaja Alfin tidak menyangka jika gadis seperti Leya memiliki reputasi paling buruk di sekolah. Gadis itu bahkan tidak peduli statusnya sebagai cucu dari pemilik yayasan SMA Taruna Wijaya. Rumor akan Leya selalu menjadi ba...