27. kencan pertama [bagian 2]

35 5 0
                                    

"Karena bintang itu bukan benda angkasa yang selalu ada menemani bulan. Tetapi setiap harinya, setiap detiknya akan ada beberapa bintang yang lewat dan menemani bulan untuk menghiasi malam."

"Sama halnya dengan hidup kita. Mungkin tidak ada orang yang selamanya berada di sisimu, tetapi di sisimu selalu ada orang lain. Jadi, jangan takut kehilangan karena akan ada yang mengisi kekosongan yang telah hilang itu," (Leya)

*****


"Stadion. Kita mau ngapain?" tanya Leya bingung.

Alfin membawanya ke stadion glora malam-malam, dan hanya ada mereka berdua di sana. Leya takut mereka akan tertangkap basah karena memasuki stadion tersebut tanpa izin.

"Ikut aja," jawab Alfin.

"Lo yakin kita gak bakal ketahuan, kalo nanti ketangkap gimana?" ucap Leya cemas.

"Tenang aja, percaya sama gue."

Alfin membawa Leya masuk ke dalam, jangan tanyakan bagaimana mereka bisa masuk dengan mudah. Dulu Alfin selalu melakukan hal itu saat di Jakarta, jadi Alfin tidak perlu bersusah payah memikirkan cara untuk masuk lagi.

"Woahh!" pekik Leya kagum.

Suasana Stadion di malam hari begitu indah dan tenang, di tambah hanya mereka berdua di sana, membuat Leya begitu menikmatinya.

"Lo suka?" tanya Alfin.

"Hmm, suka banget. Biasanya gue ke sini cuma nonton pertandingan doang, suasananya ribut banget mana panas lagi, beda dengan malam hari. Sangat indah," jawab Leya.

"Tunggu sebentar ya!"

Leya tidak tahu apa lagi yang akan di lakukan oleh pria itu, tak lama kemudian Alfin kembali membawa sesuatu.

"Sepatu roda, ngapain?" guman Leya.

"Gue mau ngajakin lo main ini," jawab Alfin.

"Tapi gue gak bisa," sahut Leya.

"Gapapa gue ajarin, kok."

"Lo yakin ngajakin gue main ini?"

"Lo pasti suka nanti," sahut Alfin.

Alfin mengajak Leya untuk duduk di salah satu bangku, ia melepaskan sepatu Leya dan membantu gadis itu memakai sepatu rodanya. Setelah selesai dengan persiapan mereka, Alfin membantu Leya untuk berjalan menuju lapangan.

"Hati-hati!" ujar Alfin.

"Gue gak bisa, gue takut jatoh," ucap Leya seraya mengimbangi tubuhnya.

"Pegang tangan gue, pelan-pelan aja. Nanti pasti bisa kok, percaya sama gue. Gue gak akan biarin lo jatuh."

Leya menggenggam tangan Alfin erat, dengan hati-hati pria itu berjalan perlahan agar Leya dapat mengimbanginya. Alfin mengajari Leya dengan baik dan menjaganya agar tidak terjatuh.

"Tubuh lo harus seimbang," ujar Alfin.

"Oke, gue paham."

Leya mengikuti setiap arahan dari Alfin, meski terkadang ia hampir terjatuh, namun perlahan-lahan Leya bisa melepaskan tangannya dari Alfin dan berjalan sendiri.

"Gue bisa!" pekik Leya senang.

"Hati-hati," sahut Alfin.

"Ternyata seru ya," ujar Leya.

"Benar kan, lagi pula lo juga cepat belajarnya jadi lo gak terlalu bosan bermain ini."

"Kok lo bisa kepikiran sih, buat main ini," tanya Leya. Mereka berdua berjalan beriringan sambil berpegangan tangan.

Rumor LeyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang