24. LEYA TIDAK PEKA

41 5 0
                                    


"Gue gak bisa jelasin ke lo. Karena setiap orang, akan mengalami cinta yang berbeda-beda, hingga mereka mendefinisikan cinta mereka dengan berbeda-beda pula. Tapi pada umumnya cinta bisa membuat hati seseorang berdebar hangat, juga perasaan nyaman saat berada di dekatnya."

"Lo harus bisa bedain perasaan mana yang beneran cinta mana rasa nyaman sesaat. Karena, jika lo salah, dalam menentukan perasaan, itu bisa melukai hati orang lain. Terkadang salah mengartikan debaran juga membuat kita salah dalam mengartikan perasaan tersebut." (Didi)

*****

"Ketemu?" tanya Didi.

"Kita gak bisa cari mereka kalo cuma bertiga, kita lapor sama pak Rafi dulu," ujar Rangga. Dion dan Didi mengangguk setuju dan kembali ke perkemahan.

"Kenapa kalian baru kembali, ini sudah jam makan malam asal kalian tau," tanya Pak Rafi saat melihat ketiganya.

"Maaf pak, tadi kita nyariin Leya sama Jessi dulu. Mereka ilang," jawab Dion.

"Leya sama Jessi hilang!" kaget Pak Rafi, Alfin yang mendengar nama Leya segera menghampiri mereka.

"Ada apa?" tanya Alfin penasaran.

"Tadinya kita mencar untuk cari kayu bakar, tapi Leya sama Jessi belum balik juga, kita udah cari di sekitar tapi gak ketemu. Kemungkinan mereka masuk ke dalam hutan," jelas Didi.

"Ya sudah, kalian bantu bapak mencari mereka. Dion kamu ajak beberapa panitia lainnya untuk ikut membantu," perintah Pak Rafi.

Alfin menggenggam senternya erat, ia mengkhawatirkan Leya yang entah dimana keberadaannya. Alfin merasa bersalah karena tidak dapat melindungi gadis itu, padahal ia sudah berjanji pada dirinya sendiri. Ditambah Leya masih marah padanya, membuat Alfin benar-benar menyesal akan hal itu ....

Sementara itu ....

"Gue lapar," Guman Jessi.

"Gue juga," lirih Leya.

Mereka berdua hanya bisa menghela nafas, sudah lama mereka duduk di bawah pohon, hari semakin gelap, dan mereka belum mendapatkan bantuan atau apapun itu yang dapat membawa mereka keluar dari hutan sana.

"Kalo gue mati di sini, gue bakal gentayangi semua anak sekolah karena gak nyariin kita," ujar Jessi.

"Lo apa-apaan sih, kita pasti bisa keluar kok dari sini," sahut Leya.

"Gue juga minta maaf sama lo, meski gue masih kesal, tapi gue harus minta maaf sebelum gue benar-benar mati."

"Wah ngeco ni anak," guman Leya.

"Gue mau pulang."

"Apa perlu kita teriak, biar mereka bisa dengar," ujar Jessi.

"Iya kalo mereka datang, nah kalo bintang buas yang bangun gimana?" balas Leya, dan lagi untuk kesekian kalinya mereka hanya menghela nafas putus asa.

"Bintang kecil, di langit yang hitam. Amat banyak, menghiasi hutan. Aku ingin keluar dan kembali, ke perkemahan bersama yang lainnya."

"Suara lo jelek," ujar Jessi ketika Leya mengakhiri nyanyiannya.

"Biarin," sahut Leya.

"Eh, lo liat itu gak?" Jessi menunjuk cahaya-cahaya yang tak jauh dari mereka

"Jangan-jangan, itu mereka," Jawab Leya bersemangat, Jessi mengangguk dan tersenyum, ada secerah harapan bagi mereka untuk kembali ke perkemahan.

"KITA DI SINI! SIAPAPUN TOLONGIN KITA!" teriak keduanya, tak lama kemudian mereka dapat melihat Pak Rafi bersama teman-teman lainnya.

Rumor LeyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang