Sesuai perkataan Leya semalam, gadis itu sudah bersiap dengan kaos santainya tak lupa dengan membawa bola basket di tangannya. Jam menunjukkan pukul tujuh pagi. Leya mengenakan sepatunya dan mengunjungi rumah Alfin."Eh Leya, ada apa?" tanya Lisa membukakan pintu.
"Alfin nya ada Tante." jawab Leya.
"Masih tidur dianya, ayo masuk dulu," ajak Lisa.
"Kamu udah sarapan belum?" tanya Lisa.
"Nanti aja Tante, kita mau joging dulu soalnya," jawab Leya.
"Ya udah, kamu bangunin gih Alfin nya, dia memang hobi molor kalo hari libur," ujar Lisa.
"Mendingan Alfin Tante, daripada Leya molornya tiap hari." Lisa hanya terkekeh mendengar ucapan Leya, gadis itu selalu bersikap terus terang membuat siapapun mudah akrab dengannya.
Leya menaiki tangga menuju kamar Alfin, setelah sampai di depan kamarnya Leya mengetuk pintu tersebut namun tidak ada jawaban dari pria itu.
"Kalo enggak dibuka, masuk aja. Kamar Alfin enggak dikunci kok!" teriak Lisa.
Merasa mendapat izin dari mamanya Alfin, Leya segera membuka pintu dan masuk ke dalam. Hal pertama yang Leya lihat adalah wajah tampan pria itu yang sedang tertidur seperti bayi, sangat damai dan polos.
Leya berjongkok di samping ranjang Alfin sambil menopang dagunya mencoba memperhatikan pria itu lebih dekat. Lekukan alis serta tahi lalat kecil di hidung mancungnya, tak lupa bibir sexy pria itu membuat Leya tak henti-hentinya tersenyum. Niat untuk membangunkan Alfin sudah kandas tergantikan dengan rasa kagumnya pada makhluk di depannya. Leya mengulurkan jarinya untuk menyentuh wajah Alfin, namun tiba-tiba tubuhnya didorong hingga Leya terjatuh.
"Ngapain lo di kamar gue?" tanya Alfin. Ia sangat terkejut dengan kehadiran Leya di dalam kamarnya.
"Gue mau ngajakin lo main," jawab Leya sudah berdiri di samping ranjang Alfin.
"Lo gila ya, siapa yang ngizinin masuk!" ujar Alfin marah.
"Tante Lisa udah ngizinin kok, lagian gue udah ketuk pintunya. Tapi lo masih belum bangun juga, ya udah gue masuk aja," balas Leya.
"Ya enggak bisa gitu dong, ini tu kamar cowok," ujar Alfin.
"Emangnya kenapa, lagian lo juga udah pernah masuk ke kamar gue," sahut Leya.
"Keadaannya beda, udah keluar lo," usir Alfin. Ia mendorong tubuh Leya sedikit paksa.
"Gue tunggu di bawah, ya!" teriak Leya.
Alfin dan Leya sudah berada di lapang sekitar komplek, setelah lari pagi sebagai pemanasan, kini keduanya sudah siap untuk bermain basket.
"Lo tu gak pernah nerima penolakan ya, udah jelas-jelas semalam gue nolak untuk main. Masih aja jemput gue ke rumah," ujar Alfin.
"Alfin cerewet banget sih, kalo gue bilang begini berarti harus begini, apa pun caranya gue pasti lakuin," Sahut Leya.
"Ck, pemaksaan ini mah." Leya melemparkan bola kepada Alfin dan dengan mudah ditangkap oleh pria itu.
"Yang kalah harus gendong yang menang sampe rumah," tantang Leya.
"Siapa takut," balas Alfin.
Alfin yang memegang bola tersebut mulai melakukan gerakan kecil dan menggiringnya ke arah ring sebagai percobaan. Leya memandanginya dengan kagum, semua pergerakan Alfin tak pernah luput dari pandangannya membuat Leya terpesona untuk sesaat.
"Kita mulai aja langsung," ujar Alfin.
Kini Alfin melemparkan bola ke atas dan dengan mudahnya ia mendapatkan bola itu kembali. Alfin mendribble bola tersebut dengan santai sambil sesekali memperhatikan Leya yang tampak serius pada permainan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumor Leya
Teen FictionUpdate 22 Juli 2021 #Fiksi Remaja Alfin tidak menyangka jika gadis seperti Leya memiliki reputasi paling buruk di sekolah. Gadis itu bahkan tidak peduli statusnya sebagai cucu dari pemilik yayasan SMA Taruna Wijaya. Rumor akan Leya selalu menjadi ba...