Bab 18

13.7K 1.8K 85
                                    

Kinan mengerutkan kening setelah membaca chat dari Yudistira. Perintah Yudis sangat aneh. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba ia diminta mengganti foto profil WA. Mengapa? Menurut Kinan, fotonya sopan dan santun. Hanya menampilkan bagian wajah dan tidak menunjukkan bagian tubuh yang lain. Ekspresinya pun tidak dibuat-buat agar terkesan sensual atau menggoda.

Kenapa harus diganti, Mas?

Kinan mengirimkan pesan balasan dan jawaban Yudis semakin ganjil saja.

Salah kirim.

Hah? Bukankah tadi Yudis menyebut nama Kinan? Bagaimana mungkin pesan itu bukan untuknya? Kening Kinan mengernyit semakin dalam.

"Ada apa, Kin?" tanya Nuri. Rupanya teman baru Kinan itu memperhatikan sedari tadi.

"Ini... Masku ngirim pesan aneh banget."

"Pacar?"

"Bukan. Saudara. Aku tinggal di rumahnya sementara, sampai dapat kos. Kamu di sini kos atau gimana, Nur?"

"Aku tinggal di rumah Uwa."

"Oh." Kinan mengangguk paham. Ada pesan masuk lagi dari Yudistira. Kali ini menanyakan apakah Kinan ingin kamar kos yang ber-AC atau tidak. Yudis bahkan menyertakan perkiraan harga. Ada  selisih 250 ribu rupiah. Lumayan banyak, bisa dipakai untuk keperluan yang lain. Dengan cepat Kinan memutuskan untuk mengambil kamar yang tidak ber-AC. Kipas angin saja sudah cukup. Lagipula, rumahnya di Lumajang juga tidak dilengkapi AC. Kinan sudah terbiasa tidur tanpa kemewahan.

"Oya, aku mau belanja bahan-bahan makanan. Kamu tahu supermarket di dekat sini?" tanya Kinan pada Nuri. Ia ingat janjinya untuk membuat pancake pada Nola.

Nuri menggeleng. "Aku juga pendatang. Mana aku tahu."

Benar juga. Kinan melangkah keluar dari lobi depan RCA dan menoleh ke kanan kiri. RCA menempati bangunan ruko tiga lantai di Jalan Tanjung Duren, di sebelah kanan ada sebuah coffee shop dan sebelah kirinya adalah kantor lembaga finance. Kinan mencoba melihat barangkali ada plang tanda mini market atau semacamnya.

"Kin, aku duluan ya. Udah dijemput," pamit Nuri seraya menghampiri seorang pengendara motor yang menepikan kendaraannya di depan RCA.

Kinan melambai dan sepeda motor itu pun membawa Nuri pergi. Saat sudah sendiri, terpikir oleh Kinan untuk mencari lokasi supermarket di sekitar sini melalui Google saja. Atau mungkin ia bisa bertanya pada petugas front office RCA.

Kinan kembali berjalan ke dalam gedung sekolah memasak itu. Ia berhenti ketika Raymond Chandra tampak di balik pintu kaca, pria itu lalu mendorong pintu hingga terbuka.

Kinan mengangguk sopan dan menepi untuk memberi jalan pada Raymond, tetapi lelaki itu berhenti kemudian bertanya, "Ada yang ketinggalan di dalam?" Raymond masih mengenali Kinan dari tatanan rambutnya yang dikepang samping.

"Nggak, Chef. Saya mau tanya ke front office, apa di sekitar sini ada supermarket."

"Mau belanja?"

"Tadi malam saya janji mau bikinin pancake buat keponakan saya."

"Di sebelah sana ada Indomaret yang lumayan lengkap. Ada buah dan sayuran segar."

"Jauhkah, Chef? Masih terjangkau jalan kaki?"

"Kamu masih asing banget sama Jakarta, ya?"

"Begitulah, Chef."

Raymond memandang bergantian antara Kinan dan mobilnya. "Kalau kamu mau, kamu bisa ikut mobilku sampai ke sana," tawarnya kemudian. 

Cinta Tak TergantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang