"Nola lagi gambar apa?"
Kinan yang baru kembali dari kamar mandi bertanya pada Nola yang sedang tengkurap di atas kasur sambil mencorat-coret buku gambar. Kinan duduk di sebelah Nola dan melihat hasil karya anak itu. Gambar perempuan berambut panjang dengan ekor ikan yang paling mencolok.
"Itu putri duyung?" tanya Kinan lagi. Ia meraih toner dan mengaplikasikan dengan cepat ke wajah, lalu mengoles krim malam.
"Iya, Tante. Putri duyung itu sebenarnya ada nggak sih? Kenapa di akuarium tadi kita nggak ketemu putri duyung?"
"Putri duyung itu cuma makhluk khayalan, Kak."
"Bohongan ya, Tante?"
"Ya. Begitulah."
"Berarti Princess Ariel itu juga cuma bohongan?"
"Dia cuma karakter dalam film."
"Karakter?" Alis di atas bingkai kacamata berwarna pink, bertaut.
"Kayak putri duyung yang digambar Nola ini. Kalau kita kasih nama, lalu dibikinin cerita, maka dia jadi karakter dalam cerita buatan Nola," terang Kinan.
Wajah Nola berseri-seri. "Wah, asyik ya, Tante." Sejurus kemudian, anak itu tampak berpikir. "Dia namanya Lana," ujar Nola sembari menunjuk gambar putri duyungnya.
"Nggak pake princess?" Biasanya Nola itu apa-apa harus serba princess.
"Nggak, deh. Ceritanya dia putri duyung biasa."
"Oke."
"Suatu hari, Lana sedang bermain dengan teman-temannya. Temannya Lana, namanya Lani dan Lena." Nola menggambar dua sosok putri duyung lagi. "Lalu, ada gurita datang."
"Guritanya mau ngapain?"
"Pengin ikut main sama Lana. Tapi Lana dan teman-temannya nggak ngebolehin."
"Kenapa?"
"Karena gurita itu serem, Tante. Tangannya banyak banget. Lana jijik ngelihatnya."
"Kasihan dong, guritanya," komentar Kinan. "Eh, guritanya belum dikasih nama." Sebenarnya gambar gurita yang dibuat Nola lebih mirip ubur-ubur.
"Oh, iya. Lupa. Namanya Mimi." Nola lalu membuat garis pembatas. Di sebelah garis itu, ia menggambar adegan berikutnya, di mana Mimi si gurita diusir oleh Lana dan kawan-kawan. Mimi pun sedih. Nola bahkan membuat gambar tetes air mata di bawah mata Mimi.
"Lalu tiba-tiba ada ikan hiu di belakang Lana." Nola menggambar kotak berisi seekor hiu, yang di mata Kinan lebih mirip seperti ikan bandeng. "Dia mau makan Lana, tapi Lana nggak lihat" lanjut Nola.
Kinan ingin protes karena ia belum pernah dengar ada kisah putri duyung dimakan hiu, tetapi ia diam saja. Biarkan imajinasi Nola berkembang bebas.
"Nah, si Mimi kan lihat ada hiu datang. Lalu dia cepet-cepet berenang ke arah Lana. Mimi menarik Lana dan teman-temannya dengan tangannya yang banyak." Nola memberi jeda. Ia menggambar Mimi dengan tiga tentakel yang mencengkeram masing-masing satu putri duyung. "Lalu mereka sembunyi di balik batu karang. Hiunya bingung, nyari di mana mereka sembunyi. Akhirnya, karena nggak ketemu, hiu itu pergi."
"Lana, Lani, dan Lena pun selamat," sambung Kinan.
Nola mengangguk. "Iya, Lana bilang sambil nangis 'Huhuhu, untung tangan Mimi ada banyak, jadi kita bertiga bisa diselamatkan bareng-bareng.' Mereka akhirnya berteman dan bermain bersama."
Kinan manggut-manggut. Khayalan Nola boleh juga. Sekarang saatnya mengecek apakah Nola mengerti inti dari cerita karangannya. "Menurut Nola, sikap Lana yang ngejek Mimi karena tangannya banyak itu baik atau gak?" tanya Kinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak Terganti
RomanceDemi mewujudkan impiannya menjadi chef, Kinanti pergi ke Jakarta dan tinggal bersama tetangga sebelah rumah yang ia cintai sejak remaja, Yudistira. Saat Kinan pikir ia tinggal selangkah lagi dari impiannya, ternyata semuanya perlahan-lahan runtuh d...