Bab 48

14.3K 1.8K 120
                                    

Follow aku dulu, yuk...

---------

"Papa, kenapa Tante Kinan sekarang jarang ke rumah kita?" Nola yang sedang makan malam disuapi oleh Yudis, bertanya.

Yudis mengerutkan kening. Bertentangan dengan ucapan Kinan bahwa ia tidak ingin Nola terkena imbas pengakuan Yudis yang mengejutkan, gadis itu memang sudah lama tidak berkunjung. Sepertinya sudah hampir sebulan. Apa Kinan berubah pikiran dan memutuskan untuk menjauh dari Yudistira, juga Nola?

"Mungkin Tante Kinan sibuk, Kak. Nola udah coba telepon Tante Kinan?" Yudis menyuapkan nasi ke mulut Nola. Menu ikan bakar tentu menyulitkan anak itu makan sendiri dengan sebelah tangan.

"Udah. Tante Kinan bilang kalau ada waktu nanti ke sini."

"Berarti Tante Kinan emang beneran sibuk, Kak."

Nola mengunyah dan menelan makanan yang ada di dalam mulutnya. "Sibuk apa sih, Pa? Tante Kinan kan belum kerja. Tante Kinan itu sekolah masak. Anak sekolah itu nggak ada yang sibuk, Papa." Nada suara Nola terdengar geregetan, seolah ia gemas karena ayahnya tidak memahami perihal sesederhana itu. "Mbak Keisya kan udah sekolah, dia nggak sibuk tuh. Kalau sore masih bisa main." Nola memberikan contoh dengan menyebut nama anak tetangga sebelah.

Yudis menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Lucu sekali analogi yang dibuat Nola. "Sekolahnya Tante Kinan kan beda dengan sekolahnya Keisya. Keisya kan masih SD. Tante Kinan sekolah di sekolah orang dewasa."

Nola memasang tampang sedih. "Tapi Nola kangen sama Tante Kinan," ucapnya dengan memelas. Kepala Nola menunduk menekuri piring, tangannya menggerakkan sendok membentuk pola abstrak di piring. Lalu tiba-tiba, Nola menggangkat kepala. Air mukanya berseri-seri. "Aha! Nola punya ide!" serunya dan Yudis seolah melihat lampu bohlam menyala di atas kepala Nola. "Kita ke kos Tante Kinan aja, Papa. Biar kejutan," kata Nola dengan bersemangat.

"Nanti Papa coba telepon Tante Kinan ya. Besok kan hari Sabtu. Sekolah Tante Kinan libur, barangkali Tante Kinan bisa ke sini." 

"Jangan ditelepon, Papa. Nanti kejutannya batal. Kita kasih kejutan supaya Tante Kinan kaget, terus dia senang."

"Kalau Tante Kinan malah nggak senang, gimana?" Yudis memasukkan suapan terakhir ke mulut Nola lalu bangkit dan menuju wastafel untuk mencuci tangan.

"Nanti kita bawain oleh-oleh. Kalau dikasih oleh-oleh kan senang. Apa, ya, oleh-olehnya?" Nola tampak berpikir. "Kue aja yang enak, Pa. Atau cincin?"

Yudis seketika tersedak air ludah sendiri sampai terbatuk-batuk. "Kok cincin, Kak?" protesnya setelah batuk reda. Pikirannya otomatis melayang pada sepasang cincin emas. Cincin pernikahan.

Halu lo, Yud, ejek si monster dalam dirinya.

"Iya, Pa. Cincin Doraemon. Tante Kinan kan suka Doraemon," terang Nola antusias. 

Yudis berdeham, melegakan tenggorokan. "Ya udah kue aja, ya, Kak. Kue kesukaannya Doraemon itu, lho. Apa namanya?"

"Dorayaki!" seru Nola.

"Nah, iya. Dorayaki. Besok kita beli yang banyak dan bawa ke kos Tante Kinan."

Nola pun mengangguk senang.

***

Ketukan Kinan di pintu kamar Winda mendapat sahutan dengan cepat. Wanita itu membuka pintu dan langsung mengernyit ketika melihat benda yang dibawa Kinan.

"Jangan bilang gue harus makan lagi, Kin," ucap Winda masam.

Kinan memandang piring di tangannya yang berisi satu penganan dalam aluminium foil cup. "Ini yang terakhir kali, Mbak. Please. Ini eggbread ala Korea. Cicipin, Mbak. Enak atau enggak," pintanya sambil menyodorkan piring, berharap Winda tergoda aroma sedap makanan itu. Dari semua teman kosnya, hanya Winda yang paling akrab dengannya. Kinan tidak enak hati jika harus merepotkan penghuni kos yang lain.

Cinta Tak TergantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang