"Tadi Kinan bilang dia sudah punya pacar. Ibu kenal pacarnya?"
Malam harinya, Yudis duduk di sebelah Rahayu yang sedang menonton televisi. Hanyut dalam alur cerita sinetron Suara Hati Istri di Indosiar. Nola sudah tidur. Putri Yudis itu akhirnya menyerah pada rasa lelah, setelah menolak tidur siang. Baru pukul tujuh malam, Nola sudah menguap lebar dan minta tidur, padahal biasanya anak itu baru tidur jam sembilan.
"Lha kamu datang-datang kok langsung nanyain pacarnya Kinan, tho?" Rahayu melirik sedikit ke arah sang putra tunggal, tapi tampaknya adegan di sinetron lebih menarik minatnya sehingga ia kembali menatap layar kaca.
"Wajar kalau aku ingin tahu, Bu. Aku nggak mau Kinan salah pilih pacar."
"Kalau kamu ndak mau Kinan salah pilih pacar, ya kamu cariin tho."
Yudis berdecak. "Bu, serius ini," kesalnya.
"Ibu ndak terlalu kenal sama pacarnya. Cuma pernah ketemu Albion beberapa kali. Bocahe bagus, kelihatannya baik dan sopan, ngerti tata krama. Kalau ketemu Ibu ya salim, cium tangan."
"Nama pacarnya Kinan itu Albion? Orang mana?" Pilihan nama itu cukup ganjil untuk warga asli Lumajang.
"Iya, Kinan ngenalinnya gitu ke Ibu. Orang mana ya Ibu ndak tahu. Ibu cuma tahu Albion itu mahasiswa STIE. Kalau mau tau detail, tanya sendiri sama Bulik Astuti sana."
Tentu saja Yudistira tidak akan melakukannya. Bertanya pada ibunda Kinan tentang putri sulungnya tentu akan memancing tanya. Lima tahun putus komunikasi dan sekarang Yudis penasaran tentang kekasih Kinan.
"Kinan sendiri kuliah di mana, Bu?" Yudis baru sadar dia tidak pernah mendengar informasi ini dari Rahayu. Usia Kinan sudah sembilan belas, dia seharusnya sudah masuk perguruan tinggi.
"Kinan ndak kuliah," jawab Rahayu cepat. Adegan sinetron semakin seru.
"Kok nggak kuliah? Kenapa?"
"Kata Kinan, kampus di sini ndak ada yang punya jurusan yang dia minati." Fokus Rahayu kembali pada sang putra. Suara Hati Istri sedang dijeda iklan.
"Kinan maunya kuliah jurusan apa?"
"Jurusan masak-masak. Tata boga. Adikmu itu kan senang masak tho."
Yudis ingat Rahayu pernah memberitahu bahwa Kinan memilih sekolah di SMK alih-alih SMU. Mungkin gadis itu masuk penjurusan tata boga di SMK-nya dulu dan ingin meneruskan ke jenjang perguruan tinggi. Di Lumajang memang belum ada perguruan tinggi yang membuka jurusan tata boga. Tapi mengapa Kinan tidak mencoba mendaftar ke Malang atau Surabaya? Baik Unesa ataupun Universitas Negeri Malang punya jurusan tata boga yang terakreditasi sangat baik. Kinan gadis yang pintar. Menaklukkan SBMPTN tentu mudah baginya.
"Lalu setiap hari, Kinan ngapain kalau nggak kuliah, Bu? Jangan-jangan dia cuma asyik pacaran sama Albino sampai nggak mau kuliah."
"Albion, bukan Albino. Albino itu orang yang kulitnya nggak punya pigmen," koreksi Rahayu. "Kinan ya di rumah, ngurus ibu dan adiknya. Bantuin Ibu juga."
"Bantuin Ibu bikin jajanan pasar?"
"Iya. Biasa Kinan yang nyetor jajanan ke Bu Rahmat."
Bu Rahmat adalah penjual jajanan pasar dengan kios yang cukup besar. Rahayu hanya memasok beberapa penganan saja. Jenisnya berganti-ganti. Kadang nagasari, kroket kentang, risoles, atau arem-arem.
"Kamu tu jangan galak-galak sama Kinan. Harusnya malah kamu berterima kasih sama dia. Sejak lulus SMK, Kinan selalu masakin buat Ibu."
Rahayu memang tidak mempunyai asisten rumah tangga. Wanita tua itu selalu menolak tawaran Yudis yang bersedia menanggung gaji bagi sang ART. Menurut Rahayu, dia tidak butuh pembantu di rumah. Toh, kediamannya tidak besar. Dia masih mampu mengurus rumah dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Tak Terganti
RomanceDemi mewujudkan impiannya menjadi chef, Kinanti pergi ke Jakarta dan tinggal bersama tetangga sebelah rumah yang ia cintai sejak remaja, Yudistira. Saat Kinan pikir ia tinggal selangkah lagi dari impiannya, ternyata semuanya perlahan-lahan runtuh d...