85: Tragedi Joochan

291 83 35
                                    

Sekuat apapun diri menolak, kalau takdir sudah berkehendak, kita bisa apa?

Anjay.

Joochan nggak tau ini bagian dari permainan takdir atau bukan, yang jelas sosok siswi cantik bertubuh jangkung bernama Kim Suyun duduk di hadapannya.

"Buat interview kurang dua nih, siapa ya?"

"Joochan sama Bella aja tuh."

"Boleh deh. Joochan sama Bella bagian interview ya."

Karena ekskul Padus di SMA 1 itu beneran, dalam artian struktur organisasi, latihan, dan kegiatannya dilakukan secara profesional, maka gak sembarangan milih anggota. Tiap tahunnya pasti banyak banget yang daftar, jadi harus selektif. Ada beberapa tahap yang harus dilalui, dan nantinya ada yang lolos, ada yang enggak. Salah satu tahap yang penting selain tes kemampuan vokal dan musik adalah wawancara.

"Ekhem," Joochan berdeham pelan. "Su..yun ya," sapa Joochan.

"Iya... Kak," jawab Suyun.

"Kim Suyun...." Joochan ngeliatin kertas di tangannya, biar keren aja gitu. "Gimana tadi testnya disana?"

"Deg-degan sih Kak, tapi yang ngetes baik kok," jawab Suyun.

"Sebelumnya pernah ikut Padus?"

Suyun menggeleng, "Tapi sering ditunjuk ikut FLS2N."

"Ohya? Sama dong, gue juga. Solo? Atau grup?"

"Solo, Kak."

"Keren."

Joochan nggak masalah dikasih kerjaan di bagian interview karena dia ramah dan pasti bisa bikin peserta nyaman. Yang jadi masalah, dia nggak tau bakal ngewawancara siapa aja. Ternyata bener kan, kebagian Suyun.

Yang lebih bikin kaget, Suyun lolos. Artinya apa? Benar, mereka jadi sering ketemu waktu latihan. Suyun keterima sopran, yang mana kalau latihan di sisi depan sebelah kanan. Joochan tenor, posisinya di sisi kiri belakang. Yang artinya (lagi), mereka bisa leluasa lirik-lirikan. Nggak sekali dua kali Joochan sadar kalau Suyun ngeliat dia.

Sore ini contohnya, Joochan disuruh mimpin latihan. Kalau begini, otomatis Joochan di depan bersama keyboard dan menghadap ke anggota. Makin leluasa deh tuh Suyun ngeliatin. Makin kikuk juga Joochan karena tau kalau lagi diliatin.

"Sorry sorry..." Joochan salah mencet tuts keyboardnya. Gimana ya, nggak konsen lah cuy diliatin gini tuh.

"Temen-temen, diliat di bar 25 itu ada logo pp. Coba nih yang kelas 10, masih inget nggak?" tanya Joochan setelah selesai menuntaskan 1 lagu.

"Pianissimo.." koor seisi ruangan.

"Pianissimo berarti? Yang bisa jawab angkat tangan."

Tiba-tiba Suyun mengangkat tangannya lalu menjawab, "Nyanyinya pelan banget, Kak."

Sengaja kakak-kakak senior diem aja daritadi karena ngasih kesempatan ke anggota baru buat jawab. Kebetulan minggu kemarin udah diajarin basic theory of music, jadi sekalian ngetes pada merhatiin atau enggak.

"Siapa namanya?" tanya Joochan.

Raut wajah Suyun berubah agak masam waktu Joochan nanya namanya siapa. Dia kira Joochan udah tau....

Padahal mah tau. Tapi kan harus jual mahal, pura-pura lupa.

"Suyun."

"Ya, Suyun nanti dapet nasi bungkus dari Pak Ketua ya," celetuk Seungkwan.

Jam menunjukkan pukul setengah 5 sore waktu Joochan dan yang lainnya selesai beres-beres di Ruang Seni. Berhubung udah sore, Joochan buru-buru pulang karena takut macet dan udah capek banget. Pengennya naik gojek aja, males nyetir motor. Semenjak si Kakak punya pacar, motor jadi jarang dipake. Yang biasanya mereka ribut perkara jadwal bawa motor, sekarang udah enggak. Tapi Joochan malah jadi mager bawa motor.

The GooGooBomWo Geschichten leben. Entdecke jetzt