128: The Second Wave

151 62 9
                                    

"JOCHAAAANN SINI BENTAR!"

"Hadeehhh."

Joochan berjalan asal ke sumber suara, yang tak lain dan tak bukan adalah kamar si Kakak. Yang barusan teriak manggil dia lagi berkaca sambil miring ke kanan dan kiri.

"Bagus nggak?" tanya Jiae.

Joochan memindai penampilan kakaknya dari atas sampai bawah, "Bagus."

"Serius?"

"Mau ngapain sih? Centil banget dandan dandan segala!"

"Besok Hana sidang, terus gue bertugas bawa buket dan hadiah seabrek. Artinya apa? Gue bakal ikut foto-foto, jadi harus tampil cantik. Hari spesial sahabat sendiri."

"Sidang skripsi?"

Jiae mengangguk. "Tuh, nggak liat?"

Kepala Joochan bergerak ke kanan, tempat kumpulan hadiah buat acara besok. Pantesan beberapa hari ini si Kakak sibuk gunting-gunting dan menghias, tapi Joochan nggak ikut bantuin soalnya tugas dia juga numpuk. Ternyata buat acara besok toh.

"Ini lu semua yang bikin?" tanya Joochan, sambil mendekat ke arah kumpulan buket jajan, bunga, juga kotak hadiah itu.

"YAIYALAACCHH," sahut Jiae penuh kesombongan. Dasar manusia.

"Dibayar nggak?"

"Dibayar laaahh! Gue nggak bakal mau bikin sebanyak itu kalau nggak ada duitnya."

Jiae masih asik ngaca, nyoba berbagai baju. Sedangkan Joochan udah bergerilya ngeliatin satu persatu benda meriah di hadapannya. Sampai akhirnya dia nemu kartu ucapan di buket bunga. Tulisannya gini,

Hard work ☑️
Bachelor degree ☑️
Jadi pacar saya ⬛️ (ceklis bila perlu)

Ternyata kertas ucapannya ada dua, satunya barcode playlist spotipai. Joochan bingung kan, ini siapaa ngirim beginian? Masa tetangga sebelah...

"Kak, ini buket bunganya dari siapa sih? Rumah sebelah?"

Jiae ketawa, "Iya. Sampis nggak sih ucapannya?"

"Boleh nggak gue berharap nggak diceklis?"

"HAHAHAHAH JAHAT BANGET. Jangan doong!" Kemudian Jiae nimbrung ke sebelah Joochan, ngeliatin satu persatu hasil kerja kerasnya demi cuan tambahan.

"Yang ini bayarannya lebih Chan, makanya gue langsung oke. Kasian gak sih sama si Aa'? Usahanya patut diapresiasi lah," kata Jiae.

"KASIAN BANGET ASLI. Kenapa ya rumah sebelah tuh cakep-cakep tapi freak banget kisah cintanya," kata Joochan.

Tiba-tiba satu ide cemerlang terbesit di benak manusia yang satu ini.

"Kak."

"Apa?"

"Jualan aja gimana?" usul Joochan. "Gue juga bisa lah dekor-dekor ginian mah."

Jiae nengok ke Joochan, yang ditengok juga ikutan. Jadilah dua bersaudara ini bertatapan, kemudian tersenyum penuh arti.

"AYO!"

"Tapi profesional ya bagi keuntungannya?"

"Emang pernah gue nggak ngasih upah ke elu?"

"Kagak sih."

"YAUDAH JANGAN SOK TERDZOLIMI."

Karena terbiasa dagang, Jiae udah ngerti banget lah cara ngasih harga. Semenjak skripsian ini, dia nyambi open order buat kue-kue soalnya STRESS SKRIPSIAN MULU. Berdagang itu semacam healing lah, apalagi dapet duit kan. Dia nggak kayak Hana sama Jisoo yang sambil magang, tapi nggak seambis Inseong yang ngikut penelitian Dosen. Jiae mengembangkan potensi diri dalam berdagang. Jadi palugada aja pokoknya.

The GooGooBomWo Geschichten leben. Entdecke jetzt