Niana menutup telfonnya setelah ia selesai melaporkan kondisi harian Papah Winwin, perempuan itu mengecek seluruh kondisi dari pak Dirga di hadapannya yang sudah siuman dari beberapa jam yang lalu.
"Winwin dimana?" tanya papah Winwin dengan suara parau, pria itu sedari tadi mencari putranya yang belum ia lihat sejak tersadar tadi.
"Tuan Winwin tengah pergi bersama istrinya, apa perlu saya telfon?" tawar Niana yang langsung di balas gelengan kepala kecil oleh Papah Winwin.
"Biarkan saja."
Mendengar jawaban dari paah Winwin, Niana hanya mengangguk lalu kembali duduk di kursinya. Masih ada beberapa hal yang perlu ia laporkan kepada dokter hari ini.
Tok tok tok
Niana yang mendengar ada ketukan pintu langsung berdiri dan membuka pintu kamar, ia melihat bibi Nam dengan wajah ketakutan serta tubuh gemetar baru saja mengetuk kamar Papah Winwin.
"Ada apa bi?" tanya Niana bingung, perempuan itu memegang kedua bahu bibi Nam yang bergetar. Entah kenapa wanita paruh baya di hadapannya seperti ketakutan.
"Pak Dirga sudah siuman?" tanya bibi Nam dengan suara bergetar yang membuat Niana sedikit kebingungan, tapi tetap di jawab anggukan kecil oleh perempuan tersebut.
"Ada apa? tuan Winwin mencari pak Dir-"
Ucapan Niana terhenti saat seorang laki-laki jangkung muncul di belakang bibi Nam, bukan kemunculan laki-laki itu yang membuatnya terkejut melainkan senjata yang ada di tangannya membuat Niana juga ikut ketakutan.
Pistol tersebut mengarah ke kepala Niana yang membuat perempuan itu mundur beberapa langkah, sedangkan laki-laki itu mendorong tubuh bibi Nam yang menghalangi jalannya.
Laki-laki itu melirik ke arah Papah Winwin yang tengah menatapnya balik, tapi saat akan mendekati ranjang pak Dirga tangan Niana menahan kaki laki-laki itu dengan kencang.
"Jangan mendekat, dia baru saja siuman," ujar Niana dengan suara bergetar ketakutan, tapi laki-laki itu menendang tangan Niana hingga perempuan itu meringis kesakitan di bagian tangannya.
"Hyunjae?" gumam pak Dirga kecil melihat wajah familiar yang mendekati dirinya.
"Masih ingat nama saya ternyata," ujar Hyunjae diiring tawa kecil di ujung kalimatya, laki-laki itu menaruh pistolnya di saku celananya lalu menarik selang infus yang tertempel di tangan pak Dirga.
Laki-laki itu mencabutnya dengan paksa yang membuat pak Dirga kesakitan, pasalnya melepas infusan dengan perlahan saja sangat sakit apalagi dengan ditarik paksa seperti itu.
Hyunjae lalu beralih mencabut nebulizer yang ada di wajah pak Dirga lalu menarik pria paruh baya itu dari atas ranjang, kakinya menarik kursi roda yang ada di sampingnya lalu menaruh pak Dirga di atas sana.
Dia mendorong kursi roda tersebut keluar dari kamar, tak memperdulikan Niana dan bibi Nam yang sedari tadi mencegah Hyunjae untuk membawa pergi pak Dirga.
Laki-laki itu membawa pak Dirga masuk ke dalam mobilnya lalu mereka pergi bersamaan ke perusahaan Winwin.
"Yang kau lakukan sekarang tidak akan membuahkan hasil," ujar pak Dirga yang membuat Hyunjae tertawa remeh mendengarnya.
"Sekalipun kamu mau merebut perusahaan saya hanya untuk balas dendam, itu hanya akan menyulitkanmu," lanjut pak Dirga yang buat Hyunjae menghentikan laju mobilnya secara tiba-tiba.
"Kenapa? itu adalah kenyataannya," ujar pak Dirga yang membuat Hyunjae menatap pria paruh baya itu dengan tatapan kesal, amarahnya memuncak akibat ucapan pak Dirga kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴄᴀᴍᴀʀᴀᴅᴇʀɪᴇ [ᵂⁱⁿʷⁱⁿ ˣ ʸᵒᵘ]
Teen Fiction[END] "Aku tidak pernah menyesal mempercayaimu karena itu adalah salah satu pilihanku." -(y/n) "Kepercayaanmu adalah tanggung jawabku dan mempercayaiku adalah pilihanmu." -Winwin Pernikahan bagi kamu bukanlah suatu hal sepele. Lantas bagaimana deng...