~Happy reading♡~
Selesai makan kalian berdua kembali ke kamar, kali ini Winwin tidak menggendongmu lagi karena katanya dirimu berat.
Sialan memang.
Tapi akhirnya dia membopongmu perlahan menaiki tangga, mencoba agar kamu tidak merasakan ngilu di pinggulmu saat menaiki tangga.
Sesampainya di kamar kalian berdua mengerjakan kegiatan masing-masing, Winwin yang sibuk bermain ponselnya sedangkan kamu sibuk menatap Winwin yang sibuk dengan ponselnya.
"Win."
Kamu memanggil suamimu itu tapi tidak di gubris olehnya, padahal jarak kalian sangat dekat.
"Win!"
Memperkeras panggilanmu akhirnya Winwin menoleh ke arahmu lalu mengangkat sebelah alisnya.
"Mau nanya," ujarmu yang langsung di angguki oleh Winwin, laki-laki itu bersandar di bantal sembari bermain ponselnya.
"Kalau ada orang nanya tuh simpen dulu handphonenya ganteng," ujarmu menyindir Winwin yang malah memainkan ponselnya di banding mendengarkan ceritamu.
Winwin langsung mematikan ponselnya dan meletakannya di atas meja, wajahnya beralih menatap ke arahmu yang membuatmu entah kenapa menjadi gugup.
"Jangan natap gue kayak gitu," ujarmu seraya membenarkan posisimu yang asal mulanya tengah tiduran menjadi duduk.
Kenapa menjadi canggung jika Winwin menatapmu seperti itu.
"Nggak gue mau nanya, tadi lo ngobrol apa aja sama Luna?" tanyamu mencoba bertanya baik-baik kepadanya.
"Kapan?"
"Pas tadi di koridor kelas," ujarmu dengan nada penasaran, Winwin terlihat berpikir sebentar lalu menatapmu kembali.
"Oh, bukan apa apa." Kamu yang mendengar jawaban Winwin langsung mengerutkan keningmu tak percaya.
Laki-laki di hadapanmu ini terlihat tidak jujur, entah kenapa firasatmu mengatakan seperti itu.
"Jujur win," ujarmu mengubah nada suaramu menjadi lebih serius, pasalnya jika menyangkut Luna kamu benar-benar tidak ingin ada candaan disana.
Winwin menatap ke arahmu yang menatapnya dengan serius lalu menghela nafasnya panjang.
"Dia sakit," ujar Winwin.
"Kepribadian ganda kan?" tanyamu mencoba mengetes kebenaran informasi yang diberikan Changbin untukmu tadi.
"Jadi karena itu maklumin aja."
Mendengar hal itu kamu langsung tertawa tak percaya, telingamu tak salah dengar? Winwin berkata seperti itu?
"Maklumin? Lo tau dia mau ngancurin hubungan kita?" tanyamu dengan nada kesal.
"Tau," jawab Winwin santai yang membuatmu semakin tidak percaya.
"Win, kok lo jadi ngebela dia sih," ujarmu tak percaya mendengar jawaban Winwin, kenapa bisa laki-laki itu malah membela Luna.
"Bukan ngebela, tapi kenyataan," ujar Winwin.
"Lo juga salah disitu karena pancing amarahnya," lanjut Winwin yang membuatmu semakin tak percaya mendengarnya.
Memancing amarah?
Harusnyakan kamu yang bilang seperti itu, tapi kenapa disini seperti Luna yang jadi korbannya sedangkan kamu pelakunya.
Lebih parahnya lagi Winwin sendiri yang bilang seperti itu.
"Kok lo kayak mojokin gue sih," keluhmu kesal pada Winwin.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴄᴀᴍᴀʀᴀᴅᴇʀɪᴇ [ᵂⁱⁿʷⁱⁿ ˣ ʸᵒᵘ]
Teen Fiction[END] "Aku tidak pernah menyesal mempercayaimu karena itu adalah salah satu pilihanku." -(y/n) "Kepercayaanmu adalah tanggung jawabku dan mempercayaiku adalah pilihanmu." -Winwin Pernikahan bagi kamu bukanlah suatu hal sepele. Lantas bagaimana deng...