💮서른하나💮

524 109 8
                                    

"Karna Papah dia udah bunuh Papah gue."

Kalimat terakhir yang kamu baca dalam artikel itu membuatmu bungkam tidak percaya.

Bahkan sesekali kamu mengerjapkan matamu berkali-kali berjaga jaga jika kamu salah membacanya.

Tapi kamu sudah membacanya dengan benar dan tidak salah sedikitpun, wajahmu berubah menjadi raut wajah bingung.

Papah Winwin, beliau tidak mungkin melakukan hal itu pada orang lain. Tapi bagaimana Hyunjae bisa mengira bahwa Papah Winwin adalah penyebab kematian ayahnya.

Tokk tokk tokk

"Nona Oshi," panggil Bibi Nam dari balik pintu kamar Winwin.

Tak menolehkan pandanganmu sedikitpun dari layar laptop kamu langsung menjawabnya dari dalam kamar. "Kenapa bi?"

"Non, Tuan Dirga sama Den Winwin sudah pulang," ujar Bibi Nam memberitahu dirimu dari luar pintu.

Mendengar itu kamu langsung menaruh laptop si atas kasur dan berjalan membuka pintu kamar.

"Sudah sampai?" Bibi Nam mengangguk lantas kamu berjalan ke bawah disusul oleh Bibi Nam untuk menyambut mereka berdua.

Sesampainya di bawah kamu mengerutkan kening bingung melihat mobil Winwin datang bersama ambulance yang berada tepat di belakang mobil Winwin.

Kamu masih terdiam di ambang pintu memperhatikan perawat yang mendorong brankar papah Winwin yang masih dalam perawatan intensif.

Hingga tangan Winwin menarik tubuhmu menyingkir dari pintu dan membiarkan perawat memasukan brankar papah Winwin ke dalam.

"Bi, tolong tunjukin kamar papah," suruh Winwin pada Bibi Nam yang langsung di angguki wanita paruh baya tersebut.

Winwin juga melihat beberapa perawat yang datang membawa perlengkapan perawatan sang papah ke dalam rumahnya.

"Papah belum boleh pulang?" tanyamu pada Winwin yang sedari tadi sibuk memperhatikan perawat yang mondar mandir memasukan alat perawatan.

"Di rawat di rumah," ujar Winwin singkat yang membuatmu bingung.

"Pak Winwin, semua sudah selesai, dokter akan datang 2 hari sekali untuk mengecek kondisi Tuan Dirga, ada 1 perawat yang akan tinggal merawat pak dirga untuk berjaga -jaga," jelas salah satu perawat sembari memberikan berkas persetujuan rawat di rumah kepada Winwin.

Winwin langsung menandatangani surat tersebut dan berterima kasih kepada perawat yang sudah membantunya mengurus papahnya.

Setelah melihat ambulance yang sudah keluar dari pekarangan rumah, Winwin langsung mengambil sesuatu dari dalam mobilnya dan memberikannya kepadamu.

Satu kotak martabak manis pesananmu tadi Winwin berikan kepadamu yang masih terdiam di dekat pintu, kamu tidak mengambil martabakmu melainkan menatap Winwin heran.

"Kenapa papah di rawat dirumah? Lo takut Papah diracunin lagi kalau di--"

"Gak usah nethink, Papah yang minta sendiri," potong Winwin menyela ucapanmu membuatmu terdiam.

"Mau gak?" tanya Winwin sembari mengangkat martabaknya ke depan wajahmu.

"Serius papah yang minta di rawat di rumah?" tanyamu dengan nada sedikit khawatir dan tidak percaya dengan ucapan Winwin barusan.

Laki-laki di hadapanmu itu mendengus kesal mendengar pertanyaanmu. "Tanya aja sendiri."

Kamu langsung menatap ke arah Winwin kesal dan kembali masuk kedalam, berjalan naik ke arah kamarmu.

ᴄᴀᴍᴀʀᴀᴅᴇʀɪᴇ [ᵂⁱⁿʷⁱⁿ ˣ ʸᵒᵘ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang