"Sialan lo semua!" Teriak Bela sambil tertawa.Maya, Adhisti, Nita, dan lainnya menggelitiki Bela ketika ia baru datang. Juga mengumpatinya karena candaan yang kelewatan tadi. Melihat itu Tavisha bernafas lega, ia pikir ada yang bertengkar di saat mereka baru bertemu.
"Mas, gabung temen-temen yuk," ajak Tavisha.
"Ya udah, ayok," kata Fikram mengiyakan.
Tavisha langsung menarik tangan Fikram dan bergabung dengan lainnya.
"Bel, kok kamu masih hidup? Kapalmu nggak jadi tenggelam?" Tanya Tavisha jahil.
"Kok kek nya pada nggak suka gue disini ye??" Kesal Bela.
"Bel, seandainya lu tenggelem beneran gue dah nyiapin Yasin kok," kata Gita.
"Oas*!" Umpat Bela.
"Eh aku tu jugak denger ketawamu di telpon," kata Maya pada Glara.
"Lah kok aku?" Tanya Glara seolah tak berdosa.
"Yok bully presdir GWL!" Ajak Adhisti.
"Yok!" Saut yang lainnya.
"Don't play play sama pendiri GWL ya, kalo aku bubarin nanges kalean!" Ancam Glara yang satu pulau dengan Bela.
"Bubarin? Istriku sebagai CEO GWL demo paling depan," saut Wasa.
"Oh ya? Tapi mana istrimu itu? Kok nggak dateng-dateng?" Tanya Glara.
"Tu tau belum dateng," jawab Wasa.
Namanya Vena, meski bukan pendiri GWL tapi Vena adalah admin utama dan sering disebut CEO GWL. Ia memiliki sifat paling dewasa dan bijak diantara member dan admin lain. Padahal ia terbilang masih muda, seorang mahasiswi semester pertama.
Sedangkan Wasa adalah kekasih Vena, mereka juga menjalani LDR. Vena tinggal di Kalimantan, sedangkan Wasa di Sulawesi. Beda pulau tidak membuat perasaan mereka berbeda, mereka berdua adalah pasangan paling fenomenal di GWL. Juga sudah seperti ayah dan ibu bagi para member GWL lain.
Tak lama setelah nama Vena disebut, datang sebuah mobil berwarna silver. Kemudian turun seorang gadis berpostur ramping dan tidak terlalu tinggi maupun pendek, disusul oleh dua orang lainnya. Melihat wajah rupawan gadis itu saja orang-orang bisa menebak siapa dia. Benar-benar cantik, bahkan lebih cantik daripada fotonya.
Dialah yang bernama Vena. Sepertinya ia memiliki umur panjang, karena tak lama setelah namanya disebut Vena datang. Mata Wasa tak bisa lepas dari Vena semenjak ia datang, begitupun dengan Vena. Mungkin rindu yang mereka pendam selama berbulan-bulan sudah dipuncaknya.
Wasa berjalan mendekati Vena, ia menatap kekasihnya penuh cinta. Vena pun juga, pipinya yang halus tampak merona. Tanpa aba-aba Wasa berlutut di depan Vena, kemudian dari saku celananya ia mengeluarkan sebuah kotak merah seperti tempat cincin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Distancing
Mystery / Thriller"𝑫𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑𝒏𝒚𝒂, 𝒔𝒆𝒅𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒖 𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒋𝒂. 𝑫𝒊𝒂 𝒓𝒆𝒂𝒍 𝒔𝒆𝒅𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒖 𝒗𝒊𝒓𝒕𝒖𝒂𝒍." "𝑯𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒊𝒂𝒘𝒂𝒍𝒊 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒉𝒖𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒗𝒊𝒓𝒕𝒖𝒂𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈...