7

47 21 3
                                    

"Nek jare makku, nek panas-panas udan ono sing meh mati mendadak," kata Ivan tiba-tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Nek jare makku, nek panas-panas udan ono sing meh mati mendadak," kata Ivan tiba-tiba.

Semua orang jadi terdiam mendengar ucapan Ivan barusan. Seluruh pasang mata tertuju kearahnya. Selama beberapa detik tidak ada yang membuka mulut lagi, termasuk Ivan sendiri.

"Artinya apa? Aku bukan orang Jawa," tanya Vena.

"Kalo kata ibuku, kalo hujan-hujan panas ada yang mau mati mendadak," jawab Ivan menerjemahkan ucapannyatadi.

"Astaghfirullah, meninggal! Bukan mati," ralat Sadewa.

"Nah kui!" Setuju Ivan.

"Nggak usah nakut-nakutin kita deh," kata Maya sewot.

"Kan cuma mitos," kata Ivan.

Setelah itu hujan pun reda, namun kini langitnya jadi mendung.

"Mau pas udan panas, bar udan malah mendung," protes Ivan.

"Hujan itu rejeki," saut Sadewa.

"Heem, mungkin kita semua mau ketiban rejeki nomplok," saut Usha dan langsung diaminkan semuanya. Membuat Usha sendiri terkejut.

"AAMIIN!"

Para member GWL pun menyelesaikan jadwal terakhir, yaitu ke kota lama. Meski langit mendung, tak menyurutkan keceriaan juga kebersamaan mereka. Mereka mengambil banyak foto bersama.

"Jangan pake handphoneku terus bah, ada yang kameranya lebih bagus!" Protes Vena.

"Ya udah ya udah, pake handphoneku," kata Ikhsan.

"Jangan ditemenin dia holkay," saut Sadewa.

"Coba ulang tadi ngomong apa!?" Kata Ikhsan pura-pura emosi.

"Haha, gak ada San."

Selain berfoto-foto, mereka juga melihat barang-barang antik yang dijual sana. Ada juga yang duduk-duduk saling bercanda di taman. Selama kurang lebih 3 tahun bersahabat, baru kali ini mereka bisa bertemu. Sehingga tidak ada yang ingin menyia-nyiakan waktu ini.

"Oi Fik, ni semua kan snacknya gue yang beli nj*r. Makan terus aja," kata Adhisti dengan sewot.

"Kalo gak ikhlas dari tadi bilang," kata Fikram.

"Emang c*k, gak ikhlas gue," jujur Adhisti.

"Yang sopan dikit!" Kata Fikram agak ngegas.

"Suka-suka gue lah, emang lo siapa gue kudu sopan sama lo!?"

"Eh udah, gitu aja jangan ribut," kata Tavisha berusaha menenangkan.

"Hufftt, lo mau belain cowok lo kan Ta?" tanya Adhisti tak santai.

"Nggak, aku nggak mau bela-belain siapa-siapa. Aku cuma nggak mau ada yang berantem," jelas Tavisha.

"Udah Dhis, gapapa," kata Vena agar Adhisti tidak marah lagi.

"Ya suruh tu Fikram gak usah sok suci. Lo tau kan gue emang kasar ngomongnya," ucap Adhisti.

"Makannya ngomong dijaga," balas Fikram tak terima.

"Lo siapa sih kok ngatur!?" Kata Adhisti kembali ngegas.

"Eh inget nggak? Kalo di grub ada yang berantem suruh selesain di pc kan biar gak rusuh di grub? Nah mending Lo berdua selesain sendiri," kata Maya memberi saran.

"Hufft, makannya jangan nyenggol duluan kalo nggak mau gue ngamuk," ucap Adhisti dengan nada menyindir.

Fikram kini menoleh pada kekasihnya dengan tatapan meminta saran.

"Kalian selesain sendiri aja ya, kasian yang lain," kata Tavisha.

Fikram pun mengangguk tanda ia menyetujui saran Tavisha.

Akhirnya Fikram dan Adhisti sedikit menjauh dari yang lain untuk menyelesaikan perdebatan mereka. Tavisha memperhatikan dari jauh, ia dibuat bingung karena pacar dan sahabatnya bertengkar begini. Padahal berawal dari hal kecil saja.

Tavisha dapat melihat Fikram dan Adhisti saling adu mulut dengan tak santai. Bahkan Adhisti sampai menunjuk-nunjuk pada Fikram. Tavisha tahu jika Adhisti memang agak kasar, dan tidak suka jika ada yang mengatur-atur dirinya. Fikram juga, meski tidak peduli pada urusan orang lain ia tidak suka jika ada yang bicara kasar padanya.

Akhirnya Fikram dan Adhisti tampak bicara tenang tidak setegang tadi. Tavisha bernafas lega sepertinya sahabatnya dan Fikram sudah baikan. Mereka berdua pun kembali berkumpul dengan yang lainnya.

"Gimana?" Tanya Tavisha.

"Gapapa, udah baikan kok," jawab Fikram.

"Syukur deh kalo gitu," ucap Tavisha.

"Woi, jangan berduan terus. Yok melu aku," ajak Ivan.

"Neng ndi?" Tanya Fikram.

"Melu wae," paksa Ivan.

"Sayang aku ikut Ivan gapapa?" Pamit Fikram.

"Iya gapapa kok, lagian aku nggak sendiri," kata Tavisha mempersilakan.

Setelah itu Ivan langsung mengajak Fikram entah kemana. Melihat Tavisha tidak bersama dengan Fikram, Adhisti menghampiri sahabatnya itu.

"Ta," panggil Adhisti agak berbisik.

"Iya?" Saut Tavisha yang ikut berbisik juga.

"Gue mau ngomong, tapi berdua aja," kata Adhisti kemudian langsung menarik tangan Tavisha menjauh dari yang lain.

"O-ok, ngomong apa?"

Java Notes :- Nah kui! = Nah itu!- Mau pas udan panas, bar udan malah mendung, = Tadi pas hujan panas, habis hujan malah mendung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Java Notes :
- Nah kui! = Nah itu!
- Mau pas udan panas, bar udan malah mendung, = Tadi pas hujan panas, habis hujan malah mendung.
-  Yok melu aku, = yok ikut aku.
- Neng ndi? = Kemana?
- Melu wae, = ikut aja.

Love DistancingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang