12

50 19 2
                                    

"Eh guys, ada yang bisa baca huruf kanji?" Tanya Falisha pada teman-temannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Eh guys, ada yang bisa baca huruf kanji?" Tanya Falisha pada teman-temannya.

"Aku sih taunya tepung kanji, hehe," canda Sadewa.

"Huruf kanji?" Oh kayaknya Davka bisa," jawab Falisha.

"Ane?" Tanya Davka yang merasa dirinya disebut.

"Kamu bisa baca ini?" Tanya Tavisha sambil menyodorkan kain tadi.

"Eh apa ni?" Saut Falisha dan menyambar kain itu duluan.

"Astaghfirullah! Ini kaya kain kafan!" Seru Falisha dan langsung melempar kain itu.

"I-itu kan kain mori," kata Tavisha.

"Kain kafan dari kain mori, Ta," ralat Falisha.

"Emang tulisanya apaan," pernasaran Davka dan memungut kain itu.

Davka mengernyitkan dahinya, mengeja rangkaian huruf kanji yang baru ia pelajari.

"Tsugi o matsu," eja Davka.

"Apa artinya?" Tanya Tavisha lagi.

"Nantikan selanjutnya," jawab Davka dengan raut wajah heran.

"Lah emang selanjutnya apa?" Tanya Falisha yang juga tak mengerti.

"GUYS, KITA HARUS BALIK KE VILLA SEKARANG!" Seru Nita.

"Kenapa emang?" Tanya Bela.

"Gi-gita, Gitaa, A-ada yang nyerang!" Seru Nita gugup.

"Gita kenapa??" Tanya Usha pernasaran.

"T-tadi Gita telpon, tapi, t-tapi aku cuma denger Gita te-teriak," jelas Nita gugup sambil menunjuk pada handphonenya.

"Hah? Gimana?" Tanya Maya yang tak mengerti.

"Mending telpon polisi dulu aja, kita kan perlu waktu buat kesana," saran Ira.

"Ok, ku telpon ya," kata Falisha dan lalu mengeluarkan handphonenya.

Tanpa berlama-lama mereka kembali ke mobil masing-masing dan segera kembali ke villa. Mereka melajukan mobil dengan kecepatan tinggi agar segera sampai. Dalam mobil Davka, Usha menenangkan Nita yang gemetaran karena takut sejak mengangkat telpon Gita tadi.

Setelah perjalanan beberapa jam tanpa berhenti, akhirnya mereka pun sampai. Keadaan villa sangat gelap dan sunyi karena hari sudah malam, ditambah lampu-lampu di dalamnya tidak ada yang menyalakan. Mereka juga tidak menemukan keberadaan polisi, padahal tadi Falisha sudah menelpon polsek setempat.

"Kita langsung masuk aja ya, pasti Gita di dalam," pinta Nita dan langsung lari masuk ke villa diikut yang lain.

Dengan sigap Vena membukakan pintu villa, kemudian ia menyalakan lampu di ruang tamu. Dan tampak tubuh Gita yang menggantung pada lampu besar di ruang tamu, dengan tali tambang goni yang mengikat lehernya dan lampu itu. Semua isi perut Gita keluar, sampai ada yang berjatuhan di lantai.

Melihat pemandangan itu ada yang berteriak histeris, ada yang muntah karena mual, ada yang terdiam di tempat saking terkejutnya, dan ada yang pingsan seperti Nita.

"Gita gantung diri!?" Histeris Usha.

"A-aku telpon polisi lagi," ucap Falisha.

Member laki-laki yang mendengar kehebohan dari villa perempuan pun datang. Mereka juga terkejut melihat mayat Gita yang tergantung, beberapa diantara mereka ada yang menjauh juga muntah karena tak tahan melihatnya.

Di dalam novel Tavisha sering membaca mayat yang perutnya terurai, jika membacanya saja mungkin tidak mengerikan bagi gadis penggemar genre thriller itu. Tapi kini ia melihat langsung dan itu dapat membuat Tavisha agak mual. Namun entah bisikan dari mana ia memberanikan diri mendekati mayat Gita.

"Gita, g-gantung diri?" Gumam Tavisha.

Rasanya tidak mungkin, ini seperti pembunuhan. Memangnya Gita mengeluarkan seluruh isi perutnya dulu baru gantung diri? Tapi mana pisau yang digunakan Gita untuk melukai perutnya? Dan jika Gita memang gantung diri perlu sesuatu agar ia bisa menjangkau lampu itu, seperti meja atau kursi. Setelah itu biasanya korban akan mendorong benda itu dengan kakinya sendiri agar dirinya tergantung. Tapi dibawah mayat Gita tergantung tidak ada benda apapun, hanya beberapa potongan usus Gita yang tercecer.

Tavisha semakin yakin ini pembunuhan, mayat Gita sengaja digantung. Entah isi perutnya dikeluarkan setelah digantung, atau sebelum digantung. Lalu Tavisha melihat masih ada darah segar yang mengalir dari leher Gita karena terikat oleh tali tambang goni. Apa mungkin kejadian ini baru saja terjadi?

Mata jeli Tavisha pun menemukan guluang kain tepat dibawah mayat Gita tergantung, dimana potongan-potongan ususnya tercecer. Ragu tapi pernasaran pula. Sambil menutup mulutnya menahan mual, Tavisha mengambil guluan kain dengan bercak darah diantara usus-usus itu.

Setelah itu ia berlari menjauh karena rasa mual yang sudah tak tertahan. Tavisha berdiri di luar villa, dengan tangan kiri bersangga pada tembok dan tangan kanannya masih menutup mulut. Ia tidak muntah, hanya merasa mual. Bau amis darah masih menyengat di hidung Tavisha. Tapi bukan karena mayat Gita tadi, ternyata dari gulungan kain mori yang ia ambil. Perlahan Tavisha membuka guluangnya, noda darah itu adalah rangkaian huruf kanji. Apakah ini sama yang ditemukan di pohon beringin tadi sore?

"Mbak Fali, Dafka!" Panggil Tavisha.

Kedua orang yang merasa terpanggil itu menoleh, kemudian mendekat pada Falisha.

"Kenapa Ta?" Tanya Falisha.

"I-ini, kaya yang tadi sore kan?" Tanya Tavisha memastikan sambil menyodorkan kain itu.

"Lah iya!" Seru keduanya.

"Jadi yang dimaksud selanjutnya i-itu, Gita kah?" Tanya Falisha hati-hati. Lalu dianggukkan oleh Tavisha dan Davka.

"Ini semua ada hubungannya!" Ucap Tavisha dengan yakin.

"Ini semua ada hubungannya!" Ucap Tavisha dengan yakin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love DistancingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang