13

46 17 3
                                    

Jenazah Gita sudah di bawa ke rumahnya yang di Boyolali, untuk dikebumikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jenazah Gita sudah di bawa ke rumahnya yang di Boyolali, untuk dikebumikan. Nita dan Usha ikut mendampingi juga sekalian mereka pulang, karena mereka berdua satu daerah dengan Gita. Member GWL lain tidak ikut karena mereka harus diintrogasi polisi. Tidak hanya member GWL, tapi juga pemilik dan penjaga villa.

Setelah mengintrogasi satu persatu, polisi pun pergi dan akan segera menyelesaikan kasus ini. Dugaan sementara Gita bunuh diri. Tavisha sudah menjelaskan kejanggalan-kejanggalan yang ia lihat saat mayat Gita tergantung waktu dirinya diintrogasi. Termasuk dua kain mori atau kain kafan yang tertulis rangkaian huruf kanji 'tsugi o matsu' dengan tinta darah. Meski polisi mengambil kedua kain itu sebagai barang bukti, tetapi argumen Tavisha tidak cukup kuat untuk membuktikan bahwa itu kasus pembunuhan.

Kini 30 member GWL yang masih di villa sedang duduk di halaman, bersama pemilik dan penjaga villa. Pak Shofi' sebagai penjaga villa hanya mengunjungi villa setiap seminggu sekali, saat kejadian Pak Shofi' sedang tidak ada di villa. Sedangkan Mirza dan Vaiha sebagai pemilik villa hanya menempati villa itu jika tidak ada yang menyewa, otomatis mereka pun juga tidak ada saat kejadian.

"Kalian semua benar yakin tidak merasa bertengkar sama Almh. Gita?" Tanya Vaiha entah sudah berapa kali.

"Tidak ada, Tante. Tadi kami dari pamakaman Alm. Ivan teman kami, ada beberapa yang balik kesini duluan termasuk Gita. Nita dapat telpon dari Gita, tapi dia cuma dengar suara Gita teriak-teriak," jelas Glara untuk kesekian kalinya.

"Jadi, ada dua teman kalian yang meninggal?" Tanya Mirza.

"B-benar, Om," jawab Glara dengan lesu.

"Gara-gara teman kalian itu, villa saya bisa tidak laku, karena pernah ada yang bunuh diri disini! Villa saya memang tersembunyi, tapi tidak pernah ada hal seperti itu," kata Mirza sedikit jengkel.

"Maaf, Om. Tapi tolong jangan bilang begitu, teman kami baru saja meninggal," kata Vena mewakili rasa tersinggung member GWL lain. Dengan tetap mengstabilkan suaranya karena Mirza lebih tua.

"Maaf juga, Om. Saya yakin ini pembunuhan, Almh. Gita setau kami orangnya periang dan jarang terkena masalah. Nggak mungkin almarhumah bunuh diri," saut Tavisha juga. 

"Ya saya tidak tau itu. Tapi semisal pembunuhan, pembunuhnya juga paling salah satu diantara kalian. Siapa lagi??" Tuduh Mirza.

"Maaf, Om. Kok jadi nuduh kami gitu ya??"

"Anda nggak bisa asal nuduh dong!"

"Kok bisa seyakin itu Anda siapa??"

"Om emang yang punya villa, tapi nggak bisa nuduh kami gitu!"

Para member GWL sudah lupa akan sopan santun mereka, karena ucapan Mirza tadi. Pria paruh baya itu terlalu khawatir bila villanya nanti tidak laku.

"Sttt! Mending begini saja, sekarang kemasi barang-barang kalian. Lalu pergi dari villa ini," usir Vaiha dengan halus.

"Ok, kami bakal pergi dari villa ini. Tapi kembalikan uang sewa kami, kami kan sudah bayar sewa villa untuk seminggu," pinta Wasa dan diiyakan oleh member lain.

Love DistancingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang