"Eh, Tata. Yang mau masuk itu bukannya...""I-iya dia Mas Fikram."
Fikram tampak mengurungkan niatnya untuk masuk. Kemudian ia beranjak dari tempatnya. Melihat itu, Tavisha langsung bangun.
"Eh, mau kemana kamu Ta?" Tanya Zefanya.
"Sebentar aja kok, aku mau ketemu Mas Fikram sebentar," jawab Tavisha.
Lalu Tavisha langsung pergi ke arah pintu. Zefanya merasa ia tidak perlu mencegah sahabatnya itu. Tavisha membuka pintu ruang inapnya, tampak punggung Fikram yang akan menjauh. Tapi entah telepati atau apa, Fikram menghentikan langkahnya dan menoleh kebelakang. Ia dapat melihat Tavisha berdiri di pintu dan masih memakai pakaian rumah sakit.
Keduanya masih diam di tempat masing-masing. Lorong rumah sakit yang sepi menambah keheningan mereka. Perlahan Fikram berjalan ke arah Tavisha dan hanya berdiri di depan gadis itu. Semenjak kejadian di kota lama, mereka sudah tidak ada kontak lagi. Membuat situasi menjadi makin canggung.
"Aku kesini cuma pengen lihat kamu baik-baik aja atau nggak," ucap pria itu dengan senyum khasnya.
"A-aku, b-baik kok. A-aku baik-baik aja," kata Tavisha gugup.
"Alhamdulillah kalo kamu baik-baik aja."
Fikram lalu menyodorkan satu buket bunga mawar berwarna peach yang ia bawakan untuk Tavisha. Dan dengan ragu-ragu Tavisha menerimanya.
"Ayo, m-masuk dulu," ucap Tavisha mempersilakan.
Fikram menggeleng sambil tetap tersenyum.
"Aku sudah bilang kan, aku kesini cuma ingin lihat kamu. Dan kamu baik-baik aja."
Tavisha pun tersenyum canggung, ia bingung harus bicara apa lagi.
"M-makasih bunganya."
"Sama-sama, semoga kamu suka. Emm, aku pulang dulu ya. Kamu baik-baik disini, lihat kamu baik-baik aja sudah sangat cukup buatku."
"T-tunggu dulu, Mas," cegah Tavisha.
"Iya kenapa?" Tanya Fikram yang mengurungkan niatnya untuk pergi.
"K-kita, kita d-diteror. Satu persatu meninggal, k-kita semua bakal mati," kata Tavisha dengan matanya yang mulai berair.
"Hei, kenapa ngomong gitu?"
"Emang gitu.... Ivan, Gita, sama Bela udah meninggal, Nararya sekarang masih koma. Habis ini, h-habis ini, nggak tau siapa lagii."
"Jangan bilang gitu yah, nggak ada yang namanya teror-teror. Itu mungkin cuma kebetulan."
Tavisha menggeleng kuat mendengar ucapan Fikram tadi.
"Nggak, ini beneran. Buktinya ada."
"Tapi aku tau dari berita, itu cuma kasus bunuh diri dan kecelakaan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Distancing
Mystery / Thriller"𝑫𝒊𝒂 𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑𝒏𝒚𝒂, 𝒔𝒆𝒅𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒖 𝒂𝒅𝒂 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒋𝒂. 𝑫𝒊𝒂 𝒓𝒆𝒂𝒍 𝒔𝒆𝒅𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒖 𝒗𝒊𝒓𝒕𝒖𝒂𝒍." "𝑯𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒊𝒂𝒘𝒂𝒍𝒊 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝒉𝒖𝒃𝒖𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒗𝒊𝒓𝒕𝒖𝒂𝒍 𝒚𝒂𝒏𝒈...