27

24 13 0
                                    

Apa yang kamu lakukan di pemakaman temanmu? Mendoakannya itu sudah pasti, air mata juga pasti akan jatuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Apa yang kamu lakukan di pemakaman temanmu? Mendoakannya itu sudah pasti, air mata juga pasti akan jatuh. Tapi akankah kamu diam terpaku tak bisa menerima kenyataan di depan makan temanmu? Itulah Tavisha saat ini.

Bunga-bunga segar menutupi gundukan tanah yang masih basah itu. Di dekat papan nisan ada Rea dan Zefanya bersama kedua orang tua Kyara yang masih menangisi kepergian sang almarhumah. Suasana TPU juga sudah sepi.

Tavisha sendiri berdiri seperti patung di depan makam Kyara. Mendengar berita meninggalnya sang sahabat tidak mungkin ia tidak sedih, tidak mungkin ia bisa membendung air matanya. Namun, kini tidak ada satupun air mata yang menetes. Semenjak Tavisha tahu bagaimana sahabatnya bisa wafat.

Pagi-pagi sekali Rea mengirim pesan singkat pada Kyara, untuk mengajaknya berangkat ke sekolah bersama. Tapi Kyara menolak karena ia akan diantar oleh papanya. Zefanya yang satu kelas dengan Kyara menunggu gadis itu hingga bel masuk berbunyi.

Nyatanya orang tua Kyara yang super sibuk tidak mungkin bisa meluangkan waktu untuk mengantar putri mereka ke sekolah. Dan mayat Kyara ditemukan tergantung di kamarnya. Dengan kondisi sama seperti mayat member GWL yang lain.

"Ta, kenapa kamu diem aja?" Tanya Rea dengan suara seraknya. Entah sejak kapan ia berdiri di samping Tavisha.

Namun Tavisha tak merespon, bahkan tak menoleh sedikitpun pada Rea. Matanya masih tertuju fokus pada papan nisan makam itu.

"T-tataa," panggil Rea sekali lagi. Kini sambil menyentuh lembut pipi Tavisha agar mau menoleh.

"Kenapa sih?? Kenapa dia nglakuin ini??" Tanya Tavisha penuh penekanan.

"Dia siapa, Ta?"

¥¥¥¥¥

Suara piring kaca yang berdenting di meja makan, menemani kesunyian. Di apartment itu ditinggali tiga orang, tapi hanya Arka dan Bu Siti yang ada di meja makan.

"Salsa mana, Bu?" Tanya Arka pada Bu Siti.

"Semenjak pulang dari makam, Mbak Salsa di kamar terus," jawab Bu Siti lesu.

"Saya ke kamarnya gapapa, Bu?" Ijin Arka.

"J-jangan, Mas. Mbak Salsa koyoke pengen sen-"

"Saya ke sana ya, Bu," ucap Arka tanpa mendengarkan Bu Siti dulu.

Pintu kamar Tavisha sedikit terbuka, Arka dapat melihat Tavisha sedang duduk di meja belajarnya.

"Tok tok."

"Tok tok."

"Tok tok."

Sudah tiga kali Arka mengetuk pintu berwarna putih itu, tapi tidak ada respon apapun dari sang pemilik kamar. Akhirnya Arka memilih langsung masuk saja. Ia duduk di samping Tavisha. Tampak gadis itu tengah menulis sesuatu.

Love DistancingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang