22

25 13 0
                                    

"Tadi ada apa, guys?" Tanya Tavisha yang tiba-tiba keluar dari ruang inapnya setelah suster yang memeriksa Tavisha pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Tadi ada apa, guys?" Tanya Tavisha yang tiba-tiba keluar dari ruang inapnya setelah suster yang memeriksa Tavisha pergi.

"Eh, Ta? Kok kamu bangun sih?" Tanya balik Vena.

"G-gapapa kok kata susternya," alibi Tavisha.

"Bohong, sana tidur lagii," suruh Vena sambil mendoron-dorong agar Tavisha mau masuk.

"Jawab dulu tadi kenapa??" Kukuh Tavisha.

"Savita pergi," jawab Davka.

"Loh? Kan-"

"Biarin aja Ta, dia egois mikirin dirinya sendiri! Sekarang masuk aja," jelas Vena.

"Terus kalian sendiri gimana?" Tanya Tavisha lagi.

"Kita baik-baik aja kok," jawab Vena dan diiyakan oleh Wasa dan Davka.

"Jenazah temen-temen kita udah dimakamkan?"

"Sudah, mereka... sudah dibawa ke kota masing-masing. Kita nggak bisa ikut, tapi kita doakan mereka dari sini yah."

"Terus Glara sama Mas Faishal gimana?"

Vena tampak ragu-ragu hendak menjawabnya. Ia memandang Wasa dan Davka bergantian. Namun Wasa malah mengedikkan bahu, sedangkan Davka acuh saja.

"Luka bakar Faishal lumayan parah. Tapi sekarang Faishal sudah nggak kritis lagi, kami berhasil bawa dia ke rumah sakit tepat waktu," jelas Vena.

"Sekarang istirahat aja ya, Ta," suruh Vena halus.

"Glara?" Tanya Tavisha cemas. Mengingat semalam kondisi Glara sangat parah.

Vena tak menjawab, ia menurunkan pandangannya. Vena menghela nafas panjang, lalu ia mengandeng Tavisha ke ruang sebelah. Dari jendela ruang inap itu tampak Glara sedang duduk di kasurnya sambil memeluk kedua kaki. Tubuhnya gemetar, matanya amat merah, dan dari raut wajah Glara ia tampak ketakutan.

"Di tubuh Glara banyak jahitan, karna banyak luka sayatan pisau. Untungnya ada kamu yang bisa selamatin Glara, kalo nggak dia mungkin bakal nyusul yang lain, tapi...."

Vena tak melanjutkan ucapannya.

"Tapi?"

"Tapi dokter bilang Glara trauma berat, dia juga mengalami anxiety. Glara jadi sering gelisah dan cemas tanpa sebab. Terus dia takut gelap, takut ketemu orang asing, dan takut sama pisau. Kemungkinan saat disiksa Glara lihat pelakunya, kuncinya sekarang ada sama Glara! Tapi kata dokter Glara belum bisa diintrogasi," jelas Vena.

"Anxiety? Apa... itu termasuk depresi?" Tanya Tavisha hati-hati.

"Lebih dari depresi, penderitanya bakal takut bahkan sama hal sepele. Selalu gelisah, dan cemas tanpa sebab," jawab Vena.

"Sebentar lagi orang tua Glara datang, pasti dia bakal lebih baik dan merasa aman kalo ada orang tuanya," tambah Vena.

Tavisha menggigit bibir dalamnya, sungguh ia tak terima dengan apa yang dilakukan oleh pelaku dari semua ini. Dirinya bertanya-tanya dalam hati, kenapa sejahat dan setega ini? Dan apa alasannya? Tavisha pun teringat oleh Pak Joko.

Love DistancingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang