20

39 13 0
                                    

Davka segera menoleh ke belakang, tampak hantu perempuan itu tergantung tepat di belakangnya. Ia tersenyum penuh arti pada Davka. Davka langsung bangkit dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar itu.

Ketika di luar kamar Davka bersandar pada tembok, ia mengatur nafasnya. Davka juga memegangi lehernya yang tadi dipeluk oleh hantu itu. Ia bergedik ngeri juga geli. Kemudian Davka mengambil handphonenya dari saku celana, ia menelpon seseorang.

"Halo sayaaangg, happy new year! Davka, sayang banget ya Davka di sana. Chitra enggak bisa ngrayain tahun baru sama pacar Chitra jadinyaa."

Suara perempuan yang langsung nerocos itu adalah Chitra.  Seorang gadis yang merupakan kekasih Davka. Dan ia manusia.

"Lo masih sayang gue gak?" Tanya Davka langsung.

"Ih tumben tanya gitu? Citra kan selalu sayang Davka," jawab Chitra antusias.

"Ok."

Setelah itu Davka langsung mematikan teleponnya. Begitulah mereka berdua, yang satu sedingin es batu yang satu manja dan cerewet. Meskipun begitu hubungan mereka sudah bertahan selama tiga tahun.

"Ok aman, masih ada manusia yang suka sama gue."

¥¥¥¥¥

"Pulang sekarang atau jangan pernah pulang!!"

Tavisha masih diam sambil mendengar amukan bundanya Eila. Tentu saja Eila sangat marah, karena ia tak pernah memberi ijin pada Tavisha untuk menginap dengan teman-temannya. Namun kali ini ini Tavisha nekat melanggar larangannya.

"Ayah sama Bunda nggak tau kalo di sana ada apa-apa! Meski di sana ada Pak Joko sama Bu Siti, tapi mereka bisa apa?? Ditendang juga mati! Makannya kamu sekarang pulang!!" Sentak Eila untuk kesekian kalinya.

"Masih dengan handphonenya yang di samping telinga, Tavisha menatap Bu Siti yang ada di depannya. Ingin tahu apa pendapat Bu Siti.

"Mending pulang sekarang aja nggih, Mbak," saran Bu Siti.

Tavisha menggeleng kuat.

"Nggak, ada yang harus aku selesain di sini. Aku bakal pulang kalo masalah di sini udah selesai," kukuh Tavisha.

"Begitu ya? Ya sudah, jangan pernah pulang!"

Setelah berkata seperti itu Eila langsung menutup panggilan. Tavisha hanya bisa menunduk, ia merasa bersalah pada orang tuanya. Tapi ia juga tidak bisa mengabaikan masalah di sini. Ia bingung kenapa orang tuanya tidak mau mengerti meski Tavisha sudah menjelaskan dari kemarin.

"Mbak, terus nanti Mbak Salsa mau pulang kemana?" Tanya Bu Siti.

"Ke apartmentku aja," jawab Tavisha.

Bu Siti pun mengangguk tanda mengerti. Lalu Tavisha pergi ke rooftop mansion, ingin mencari ketenangan di sana.

Di tengah-tengah hutan seperti ini rasanya benar-benar sunyi. Di langit tak nampak adanya kembang api seperti biasanya. Sepanjang yang Tavisha tahu hanya mansion Devi satu-satunya bangunan di hutan belantara ini.

Tavisha melihat ke langit malam yang kosong, bahkan bintang satupun tidak ada. Seperti dirinya saat ini. Tiba-tiba ada bunyi notif beberapa kali, menandakan ada pesan masuk. Tavisha awalnya tak menanggapi, tapi ia ingat mungkin itu pesan dari Kyara, Rea, dan Zefanya.

Benar saja, kini Tavisha tengah duduk di sofa rooftop sambil berbalas pesan dengan ketiga sahabatnya sejak kecil. Hingga ada notifikasi pesan dari seseorang.

 Hingga ada notifikasi pesan dari seseorang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Love DistancingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang