"Tumben makan malem." Kak Nana negur gue waktu dia masuk ke ruang makan dan liat gue duduk di meja makan.
"Hmm.." jawab gue.
"Kenapa?"
"Nggak, lagi kepikiran sesuatu." Gue ngejawab terus makan mie goreng yang nggak pake bawang goreng.
"Kepikiran apaan?" tanya Kak Nana sambil duduk di sebelah gue dan nuangin jus apel di gelasnya yang udah diisi es batu.
"Alpha yang Dedek taksir, dia punya banyak mantan ternyata." Gue ngejawab, "sekitar 6 orang kalo nggak salah inget."
"Cakep dong?"
"Nggak cakep-cakep banget, cuman orangnya stylish terus enak buat ngobrol. Gampang bikin nyaman." Gue ngehela napas. "Menurut Kakak, sifatnya yang bikin nyaman itu asli emang orangnya begitu ato gegara dia udah pro nyuri hati orang?"
Kak Nana diem, mikir pertanyaan gue. "Fifty fifty kayaknya," jawab Kak Nana terus ngunyah es batu. "Ihan ditembak dia?"
"Bukan, dia minta ada hubungan lebih spesial dari pada temen, tapi nggak pingin terlalu cepet naik ke level pacaran alias TTD."
"TTD?"
"Temen Tapi Deket," jawab gue dan Kakak Nana nempelin gelas jusnya ke pipi gue, bikin gue terkejut.
"Terus apa yang kamu pikirin? TTM doang, kan? Gak cocok, cut aja. Cocok, lanjut aja."
"Dedek pinginnya lanjut, udah baper ama dia sebenernya. Cuma gegara tau dia punya banyak mantan, jadi bimbang."
"Banyak apa nggak itu nggak penting, yang penting udah selesai belum dia ama mantan-mantan tadi."
"Bener juga..."
Kakak Nana setelah ngebantuin gue mikir, beranjak dari duduknya dan pergi dari ruang makan. Kalo liat dari cara dia ngomong dan ngasih waktu, keliatannya dia bukan tipe yang sifatnya jelek, atau playboy.
"Daripada gue terlalu kritis soal masa lalu Mahesa, mending gue fokus ke kemungkinan gue berjodoh ama dia." Gue curhat ke mie goreng di depan gue.
***
Gue ngasih tahu Mahesa kalau gue pingin ketemu dia malem ini habis dia selesai kerja, ketemuan di Andomart. Sambil nunggu Mahesa nyamperin, gue duduk di kursi counter dan mainin botol semprotan bawang merah.
"Ihan."
Gue noleh ke suara yang nggak asing manggil nama gue. Mahesa udah muncul depan mata, kaget ama waktu yang nggak berasa, kayaknya baru bentar dia kirim pesan mau otw ke sini, taunya udah di depan mata.
"Cepet banget...?"
"Ngebut," jawab Mahesa yang ngelepas jaketnya ama tas ranselnya terus jalan ke rak pendingin minuman. Gue masih duduk di kursi counter ngeliatin Mahesa jalan ke rak camilan, terus ke kasir Andomart.
"Nih," ujar Mahesa sambil nyodorin kopi kaleng dingin. "Kayaknya mau turun ujan," lanjut dia terus duduk sebelah gue. Denger apa yang dia bilang, gue ikutan ngeliat ke langit malem yang langitnya berselimut awan mendung.
"Naik apa tadi ke sini?" tanya gue.
"Ojek."
"Pulangnya gue anterin, ya?" Gue nawarin, Mahesa anggukin kepala.
"Terus, udah mikirin jawabannya?" tanya Mahesa sambil ngebuka kantong kripik Gays.
Gue anggukin kepala, "udah."
"Jadinya gimana?" tanya Mahesa sembari nyodorin kripik kentang ke arah gue. Gue gelengin kepala, nggak pingin nyemil duluan. Lagi nggak santai hati dan otak gue!
KAMU SEDANG MEMBACA
🌟 AND SO, MY SWEETEST ALPHA HUSBAND
Ficção GeralSiapa bilang omega tidak boleh memilih Alpha-nya?! Sekarang ini sudah eranya emansipasi omega! Omega yang satu ini menolak dijodohkan dengan para alpha dari bibit bobot bebet terbaik. Memilih mencari alpha-nya dan jadi pawang sang alpha. Kehidupan r...