Mobil berhenti di depan pintu hotel yang jadi hotel pertama kali buat gue ama Mas Mahesa kawin waktu itu.
"Pake valet, Bapak?" tanya salah satu pertugas valet hotel yang nyamperin mobil kita, bicara ke Mas Mahesa.
"Boleh," jawab Mas Mahesa. "Ayok turun Dek Ay," ujar Mas Mahesa.
"Bentar, kok jadi ke hotel? Katanya mau pulang?"
"Katanya Dek Ay pingin kawin?"
"Iya, tapi di rumah kan bisa, Mas."
"Di rumah entar capek bersih-bersih setelah kawinnya," jawab Mas Mahesa terus turun dari mobil, abis itu nyamperin pintu mobil sisi gue dan bukain pintu mobil buat gue.
Gue digandeng Mas Mahesa masuk ke lobi hotel, nyamperin meja resepsionis dan pesen satu kamar, setelah terima kunci kamar, kita pun lanjut menuju ke kamar. Gue narik napas dan ngegembungin pipi gue sambil natap Mas Mahesa.
"Ma-Mas..."
"Hm?"
"Boleh request, nggak?" tanya gue.
"Request apa?"
"Um...nanti jangan lepas baju dulu." Gue ngelirik Mas Mahesa malu-malu, nggak bohong malu banget minta kayak gini ke suami.
Mas Mahesa tiba-tiba senyum menyengir, "roleplay gitu Dek?"
"Eh?"
"Mau?"
"Jadi apa...?"
"Maunya apa?" Mas Mahesa sekarang balik badan dan sepenuhnya ngeliatin gue.
Ding!—pintu lift terbuka.
"Ke kamar dulu aja, yuk."
Gue ngikutin Mas Mahesa ngegandeng gue sampe di kamar kami, buka kunci kamar pake kartu hotel dan masuk ke dalem kamar. Begitu pintu kamar ditutup, gue langsung meluk suami, ah... nyaman banget.
Lagi nyaman-nyamannya meluk, tiba-tiba gue di angkat kayak karung besar ama Mas Mahesa, dibawa ke tempat tidur dan dibaringin di atas ranjang. Mas Mahesa mulai deketin wajahnya ke wajah gue, gue tutup mata gue dan mulai berciuman ama suami.
Bibir bagian bawah gue dihisap lembut, gue balik nyium bibir Mas Mahesa juga, lidah gue mulai masuk dan nyari lidah Mas Mahesa. Ciuman lembut kita berubah jadi ciuman penuh napsu dan gairah buat bercinta, feromon Mas Mahesa mulai kecium lebih kuat bersamaan dengan menguatnya hasrat seksual gue ke dia.
"Bentar," potong Mas Mahesa menyudahi ciuman.
"Kenapa?"
"Katanya mau request?"
"Mas mau role play apa?"
"Dek Ay mintanya nggak lepas baju, kan?"
Gue anggukin kepala.
"Mas jadi bos kamu, kamu jadi sekretaris Mas gimana?"
"Terus?" Gue mulai tertarik, ngebayangin suami gue jadi bos gue, ah... betap enaknya.
"Terus kita kawin."
"Yah... nggak seru dong, Mas. Masa langsung ke bagian kawinnya."
"Terus apaan?" Mas Mahesa mulai ngeliatin gue agak kesel. "Kawin tapi kamu nggak boleh manggil aku namaku, manggilnya Bapak atau Bos gitu, gimana?"
"Boleh, tapi Ihan mau yang lebih!"
"Ya gimana?"
"Hmm..." gue pun mikir sambil ngeliatin Mas Mahesa bingung ama permintaan gue, sayang banget kalo langsung kawin, udah cakep-cakep menggoda ama setelan kantor kan... tiba-tiba sebuah ide terlintas di benak gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
🌟 AND SO, MY SWEETEST ALPHA HUSBAND
Fiction généraleSiapa bilang omega tidak boleh memilih Alpha-nya?! Sekarang ini sudah eranya emansipasi omega! Omega yang satu ini menolak dijodohkan dengan para alpha dari bibit bobot bebet terbaik. Memilih mencari alpha-nya dan jadi pawang sang alpha. Kehidupan r...