Chapter 13 : Rencana Mudik

2.6K 453 82
                                    

Seminggu setelah Mahesa ke rumah dan saling terbuka ke keluarga gue, akhirnya ada progress buat hubungan gue ama Mahesa.

"Biar Ihan ama Mahesa bisa nikah, apa aja yang dibutuhin, Kak?" tanya gue ke Kak Riona, kebetulan hari ini tunangan Kak Riona, Edward lagi berkunjung ke rumah juga.

"Kamu mau nikah?" tanya Edward, ngeliatin gue dengan satu alis yang naik, seolah dia nggak percaya pertanyaan gue ke Kak Riona.

"Iya," jawab gue.

"Apa nggak kecepetan, Dedek?" Kak Riona nutup tablet kerjanya dan sekarang natap gue. "Dedek ama Mahesa kan baru pacaran berapa bulan? Sebulanan, kan?"

"Enggak, udah lebih, sebulan lebih berapa hari."

"Iya, sama aja masih terhitung terlalu cepat mutusin nikah."

"Aku ama Riona aja yang udah setahun lebih, belum ada rencana menikah. Kamu baru jenal sebulan, udah minta nikah." Edward gelengin kepalanya.

"Makanya buruan Kak Riona dilamar nikah, udah setahun lebih masih gitu-gitu aja." Gue malingin muka dari si Edward, cuma denger suara helaan napas dari Kak Riona.

"Emang dasar ome—" Edward nutup mulutnya, nggak nyelesaiin kalimat yang pingin dia lontarkan.

"Seenggaknya Dedek musti ketemu dulu kan ama keluarga Mahesa, minta restu mereka juga."

Gue pun sadar kalau ternyata gue belum pernah ketemu keluarga Mahesa, bahkan adeknya yang omega juga, gue belum pernah ketemu.

"Mereka di Jakarta juga?"

"U-Um... enggak tau juga, belum pernah denger soal keluarga Mahesa."

"Heh," Edward ketawa ngejek denger jawaban gue. "Belum kenal juga ama keluarga calonnya, udah buru-buru nikah. Yakin diterima?"

"Ed, kamu tuh! Ngusilin Ihan mulu deh," Kak Riona negur Edward.

Nih calon ipar emang ngeselin banget, kalo bukan karena gue sayang ke Kak Riona, gak bakal gue restuin dia ama Kak Riona.

"Habisnya, adik kamu tuh."

Gue pun berdiri dari duduk gue, ngebawa langkah gue keluar dari ruang tamu.

"Dedek," panggil Kak Riona, tapi gue udah males di satu ruangan ama Edward, jadi gue nggak ngerespon apa-apa dan terus jalan sampe kamar gue sendiri.

Sampai di kamar, gue naik ke tempat tidur dan ngebuka ponsel gue. Pertanyaan soal keluarga Mahesa mengusik pikiran gue—tapi emang bener juga, gue seharusnya ketemu juga kan ama keluarga calon suami.

"Tanyain nggak, ya...?" gumam gue, udah buka layar aplikasi chat gue ama Mahesa. "Tanyain aja lah, urusan penting juga, kan?" Gue pun membulatkan tekad buat ngirim pesan dan tanya perihal keluarga Mahesa, berharap bisa dipertemukan.

 "Tanyain aja lah, urusan penting juga, kan?" Gue pun membulatkan tekad buat ngirim pesan dan tanya perihal keluarga Mahesa, berharap bisa dipertemukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu selesai ngirim chat yang bermaksud minta dikenalin ke keluarga Mahesa, tiba-tiba ponsel gue bunyi, nama kontak Mahesa muncul di layar depan.

Gue yang tadinya rebahan, buru-buru bangun dan duduk.

🌟 AND SO, MY SWEETEST ALPHA HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang