Hari ini Mas Mahesa sesuai rencana mau dateng ke kantor buat ketemu ama ketiga alpha ngeselin kemaren. Gue natap pantulan wajah gue di depan cermin wastafel kamar mandi, mikir apa sebaiknya gue batalin aja niat suami buat ngomongin mereka? Tapi di satu sisi gue udah nggak nyaman ama cara mereka yang ngelecehin gue.
"Dek, kamu nggak buruan ganti baju entar telat loh," tegur Mas Mahesa sambil ngetok pintu kamar mandi dari luar.
Gue pun cepet-cepet ambil handuk gue dan keluar dari kamar mandi, di luar kamar mandi gue liat suami lagi berdiri ngancingin kerah kemeja putih dia. Gue kedipin mata beberapa kali, termangu-mangu menatap sosok suami yang rapi dengan kemeja putih dan celana panjang hitam, ikat pinggang hitam terikat di pinggang seksinya dan dada bidang yang gagah bikin kemeja yang dipakai Mas Mahesa ngebentuk badan dia semakin memesona gue.
Mas Mahesa ngelirik gue, "jangan lupa napas Dek Ayang," ujarnya.
Menyadarkan gue dan termenung karena ketampanan suami, gue pun narik napas panjang dan menghela napas.
"Kok Mas pake setelan kantor juga?"
"Kan mau ke kantor kamu, Dek. Masa aku pake kaos ama celana pendek," jawab Mas Mahesa ringan terus jalan ke dapur.
Gue pun ngikutin suami dari belakang, liat suami ambil celemek dapur dan make celemek dapurnya sambil ngiket tali celemeknya di belakang pinggang dia. Kenapa sih pagi-pagi begini gue harus diberi godaan seperti ini...
"French toast aja buat sarapannya ya, Dek?"
"Pingin sarapan Mas aja..." gumam gue.
"Hm? Apaan?"
"N-Nggak," gue gelengin kepala. "M-Mas..."
"Kenapa?"
"Mas ntar nggak akan kelahi, kan? Waktu ketemu mereka." Gue ngelirik Mas Mahesa yang lagi mecahin telur di mangkuk.
"Nggak, aku nggak akan bikin kamu kena masalah, cuma bicara aja kok." Mas Mahesa jawab, "bicara dengan gaya para alpha," lanjut Mas Mahesa.
"Ta-Tapi jangan sampai adu tonjok, ya?"
"Kenapa?"
Gue jalan nyamperin Mas Mahesa dan meluk Mas Mahesa dari belakang, "ntar kalo Mas luka, aku bakal sedih banget..." ujar gue sembari membenamkan muka di punggung suami. Haaah... bau parfum ama feromonnya enak banget.
Mas Mahesa balik badannya, bikin pelukan gue pun lepas. Sekarang ganti dipeluk Mas Mahesa. "Oke, janji nggak sampe aku luka, kalo mereka boleh, kan?"
"Mas! Aku lagi hamil loh, kan nggak boleh Mas main tangan, nanti kalo ada apa-apa ama dede-dedek kita gimana?" gue manyungin bibir gue.
"Oh iya, hampir aja aku lupa," bales Mas Mahesa, terus bungkukin badannya dan ngelus perut gue lembut. "Jangan sampe deh ntar anak-anak kita jago pukul, kan aku maunya mereka manis-manis macem papinya."
Gue pun ketawa denger apa yang suami bilang.
"Buruan ganti baju sana, Dek. Abis itu kita sarapan." Mas Mahesa ngecup kening gue sebelum melepaskan gue pergi buat ganti baju.
Selesai ganti pakaian kantor, gue pun balik ke dapur. Mencium aroma lezat french toast yang manis, bikin suasana hatiku mendadak seneng. Gue pun duduk di meja makan dan nunggu Mas Mahesa buatin susu kehamilan buat gue.
"Makasih Mas Ayang," ujar gue waktu gelas susu gue udah siap diminum.
"Ini vitaminnya," Mas Mahesa naruh piring kecil isi vitamin di sebelah gelas susu gue.
Akhir-akhir ini menurut buku kehamilan yang kita baca, baik buat denger musik supaya janin juga terangsang ama alunan musik, jadi sambil sarapan Mas Mahesa nyalain UsTube dan nyetel musik instrumen jazz sebagai teman alunan musik.
KAMU SEDANG MEMBACA
🌟 AND SO, MY SWEETEST ALPHA HUSBAND
General FictionSiapa bilang omega tidak boleh memilih Alpha-nya?! Sekarang ini sudah eranya emansipasi omega! Omega yang satu ini menolak dijodohkan dengan para alpha dari bibit bobot bebet terbaik. Memilih mencari alpha-nya dan jadi pawang sang alpha. Kehidupan r...