Chapter 36: Sudah Ditabrak, Ditonjok Pula

1.9K 172 42
                                    

<<Mahesa>>

.

.

Aku keluar dari kamar, ngeliat Listu yang tidur di sofa ruang tamu, separuh selimutnya jatuh ke lantai, aku betulin selimutnya sebelum pergi ke toilet buat kencing. Selesai kencing, aku balik ke kamar dan ngambil ponselku, hari ini ngabarin bos kalau aku nggak bisa masuk kerja.

Selesai kirim pesan ke si Bos, aku kembali ke kamar dan ngeliat istriku masih tidur pulas. Ngelirik ke jam di dinding kamar, masih jam setengah enam pagi, jadi biarin dah dia tidur lebih lama lagi. Sambil nunggu dia bangun, aku ke dapur dan bikin sarapan buat kami. Karena cuma bisa satu tangan, aku bikin telur mata sapi yang aku bumbui kecap manis ditambah bawang putih, bawang merah, daun bawang ama sedikit kecap ikan.

Bau lezat mulai tercium menguar dari lauk yang aku masak buat sarapan, istri aku suka perteluran jadi dia pasti nggak akan manyun ama lauk sarapan pagi ini.

"Anj—!!" sontak aku terkejut ketika aku balik badan hendak mengambil piring untuk tempat lauk, aku melihat Listu sudah bangun dan menatap ke arahku.

"M-Maaf Bang!"

"Kao buat kaget aku aja," balasku. "Sekalian dah, ambilin piring tolong."

Listu menghampiri lemari perkakas makan dan mengambil satu piring besar, lalu memberikannya padaku.

"Abang bisa masak rupanya," ujar Listu.

"Bisa lah."

"Heeh... jarang-jarang ada Alpha yang bisa masak."

"Aku kokinya di rumah ini," aku menimpali Listu seraya memindahkan telur yang telah matang ke piring.

"Bukan Ihan yang masak?"

"Ihan? Masak?"

"Eh?"

"Alpha nikah ama omega yang bisa masak? Bisa beres-beres? Bisa ngatur duit? Mana paten! Nikahlah ama omega yang bangun sarapan udah sedia, pulang kerja rumah udah bersih, akhir bulan tagihan udah dibayar," bales aku lalu berjalan menuju ke meja makan membawa serta piring lauk sarapan.

"Apa nggak kebalik, Bang?"

"Aku ama istri aku menentang patriarki," jawabku. "Bantu aku aduk nasi di rice cooker sekalian ya, Lis." Pesanku sebelum aku kembali ke kamar untuk membangunkan istri aku. Aku naik kembali ke ranjang, berbaring di sebelah istriku yang masih pules.

Pelan-pelan aku ngulurin tangan dan ngelus-elus perus istri yang makin hari makin besar. Sejak awal aku nggak suka stereotype alpha yang serba pingin dilayani dan diistimewakan, emang sih secara gen dan sebagainya superior tapi...

Liat makhluk hidup di sebelah aku ini! Badan yang kecil dan sensitif kayak gini harus bawa darah daging keturunan buat aku, bawa badannya sendiri aja belum tentu kuat, kalo ada angin topan bisa ikut diterbangin angin begini harus bawa darah daging aku, ngejaga dan ngerawat mereka supaya mereka bisa lahir dengan selamat jadi penerus buat aku.

Aku bawa bibirku ke perut Ihan dan ngecup perut Ihan lembut. Yang harusnya diistimewakan dan diprioritaskan itu bukan alpha, omega lah, kalo nggak ada omega juga nggak lahir generasi alpha selanjutnya. Mana alpha yang punya gen superior itu lahir dari omega superior juga, khususnya omega cowok, mereka jumlahnya langka dan gen mereka lebih kuat dari omega cewek, kalo anak aku lahir dan mereka alpha, fix mantap punya sperma aku pencetak alpha-alpha superior.

"Dek ayang, udah waktunya bangun."

Seperti biasa nggak ada response, mana mungkin istri aku ngerespon morning call lemah lembut.

"Dek Ay, kamu kerja loh hari ini, ayo bangun." Aku mengguncangkan ringan tubuhnya.

Ya, nggak bangun.

Aku turun dari ranjang dan menuju ke dapur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

🌟 AND SO, MY SWEETEST ALPHA HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang