"Mas... Ihan berangkat kerja dulu..." pamit gue dari luar pintu kamar tidur, nggak berani masuk takut bikin suami marah-marah lagi karena nggak tau kenapa bau badan gue bikin dia mual.
Mas Mahesa yang lagi tiduran di tempat tidur, bangun dan ngeliatin gue.
"Dedek berangkat dulu..." ujar gue lagi.
"Sini, cium tangan dulu."
"Nggak mau, nanti Mas mual lagi... marahin aku lagi." Gue ngejawab, masih berdiri di depan pintu kamar tidur kami.
"Bentar," ujar Mas Mahesa, dia turun dari tempat tidur dan bongkar lemari penyimpanan skincare gue, ambil masker 4 lembar terus dia pake semuanya. Setelah pake masker, Mas Mahesa nyamperin gue.
"Nggak bau aneh-aneh?"
"Nggak," jawab Mas Mahesa.
Gue pun ambil tangan suami dan cium tangan Mas Mahesa.
"Hati-hati, ntar pulang kantor titip obat mual ama minyak gosok buat mual itu, Dek."
"Iya, nanti Ihan beliin."
"Makasih, Dek Ay."
"Jangan lupa telepon tempat kerja, ya."
"Abis ini langsung."
Gue dadah ke Mas Mahesa, Mas Mahesa ikut nganterin ampe depan teras sampir mobil terparkir. Gue masuk ke dalem mobil dan gantian Mas Mahesa yang dadah ke gue.
Setelah tiba di kantor, gue pun langsung ke ruangan gue dan menghela napas. Mas Mahesa kenapa coba? Emang gue bau apa sampe bikin dia mual? Sambil ngeluarin pc kantor dari tas jinjing pc, gue pun mendengar bunyi pintu ruangan gue diketuk.
"Masuk."
"Dedek!"
"Kaaakaak!" gue bangun dari duduk gue, nyamperin Kak Riona yang membentangkan lebar lengannya, menyambut gue dengan pelukan.
"Kenapa kok wajahnya ditekuk gitu, Dek?" tanya Kak Riona.
"Kak, Ihan bau aneh nggak?" tanya gue.
"Enggak, bau parfum dior kamu, malah lebih kecium wangi daripada biasanya." Kak Riona menjawab, "haayoo, Dedek pasti ambil jatah dulu ya sebelum berangkat ke kantor!"
Gue menghela napas, melepaskan pelukan gue dari Kak Riona dan balik ke kursi kerja gue.
"Loh? Bukan? Dedek tanya begitu bukan pingin mastiin feromon Mahesa nempel di badan Dedek?" Kak Riona nyamperin meja gue, duduk di depan gue, menatap gue dengan wajah cemas.
"Kenapa kok sedih gitu?" Kak Riona menatap gue lekat-lekat, ngulurin tangannya dan membelai pipi gue. "Dedek diapain ama Mahesa?"
"Bukan diapain, tapi Mas Mahesa aneh banget tau, Kak."
"Loh? Bukannya emang dari dulu dia udah aneh?" Kak Riona menatap gue bingung. "Eh, jangan gitu dong natap Kakak, emang keanehan apa lagi yang dia lakuin?"
"Tadi pagi Mas Mahesa muntah-muntah gara-gara masuk angin, kan..."
"Terus?"
"Terus Ihan inisiatif nih beliin sarapan supaya dia bisa minum obat terus istirahat, kan..."
"Baiknya Dedek..."
"Tapi tiba-tiba Mas Mahesa marah-marah ke Ihan, bilang kalo bau badan Ihan nggak enak lah, bikin mual lah, mana udah gitu pake acara nuduh Ihan abis deket ama Alpha lain coba! Apa nggak ngeselin??" cerita gue, terus ngehela napas lagi.
Kak Riona pun diem mikir, wajahnya keliatan lagi mikirin sesuatu yang aneh dari cerita gue.
"Kok bisa Mahesa masuk angin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
🌟 AND SO, MY SWEETEST ALPHA HUSBAND
Ficção GeralSiapa bilang omega tidak boleh memilih Alpha-nya?! Sekarang ini sudah eranya emansipasi omega! Omega yang satu ini menolak dijodohkan dengan para alpha dari bibit bobot bebet terbaik. Memilih mencari alpha-nya dan jadi pawang sang alpha. Kehidupan r...