Mas Mahesa turun dari mobil setelah mobil angkut barang pindahan berhenti depan rumah baru kami. Sementara suami konfirmasi barang-barang pindahan ama jasa angkut, gue jalan nyamperin pintu depan rumah dan ngintip ke dalem rumah dari jendela depan rumah.
"Dek Ay, tolong bukain pintu depannya, biar kardus-kardus bisa dimasukin sekalian." Mas Mahesa minta tolong ke gue, gue pun ambil kunci rumah, buka pintu utama rumah dan melangkah masuk ke dalem. Perasaan gue campur aduk, ini bakal jadi rumah gue ama Mas Mahesa tinggal bersama menempuh hidup baru. Rasanya seneng dan terharu.
Satu persatu kardus-kardus diangkut turun dan dibawa masuk ke rumah, beberapa masih ditaruh di teras. Mas Mahesa nyuruh gue buat ngebukain kardus yang isi barang-barang pribadi gue. Rumah udah diisi perabotan, lemari pakaian, tempat tidur, kasur, meja kopi, kursi, sofa, perkakas dapur, ruang tamu lengkap televisi dan lain-lain.
Gue mulai buka kardus pakaian lebih dulu, beberapa pakaian gue dan suami mulai gue pindahin ke lemari, bantal ikan hiu kesayangan gue pun, nggak lupa gue taruh di tempat tidur, kotak jam tangan gue, dasi, ikat pinggang dan koleksi parfum mahal gue sampai jas-jas kantor gue. Sementara gue sibuk ama isi kamar tidur, Mas Mahesa bantuin gue nata isi ruang tamu. Satu persatu kardus mulai dibongkar dan ditata, sampe nggak terasa langit terang udah berubah gelap.
"Dek Ay, istirahat dulu, makan dulu, yuk." Mas Mahesa negur gue, ngajak gue buat makan. Gue sebelumnya nggak ngerasa laper karena fokus ama barang-barang, tapi begitu diajak makan, barulah ngerasa perut keroncongan.
Gue bangun dari duduk gue dan jalan nyamperin suami yang lagi duduk di sofa ruang tamu. "Mas, mau makan apa?" tanya gue.
"Kamu mau makan apa?" Mas Mahesa gantian nanya gue.
"Hmmm... apa aja yang gampang dibuat? Aku nggak bisa masak soalnya," jawab gue.
"Hm? Aku nggak minta Dek Ay masak kok, kamu mau makan apa, nanti Mas masakin." Mas Mahesa ngejawab sambil nyubit pipi gue.
"Mas nggak capek?"
"Masih kuat lah buat masakin istri."
"Mau makan di luar aja?"
"Nggak ah, kan ini hari pertama kita di rumah kita sendiri, jadi pinginnya makan bareng kamu di rumah."
Denger jawaban Mas Mahesa, gue pun nyengir. "Aku juga lebih suka masakan Mas, hehe." Respon gue bikin Mas Mahesa ngecup pipi gue. "Mas, masakin spaghetti dong, pakai keju banyak!"
"Beli dulu dong spaghettinya, kan nggak punya bahannya."
"Ya udah, kita belanja terus pulangnya masak!"
"Ayok dah."
Gue bergegas ambil tas, masukin dompet ama ponsel, terus ambil jaket gue sekaligus jaket suami. Nyamperin Mas Mahesa yang udah di teras, gue tutup pintu utama rumah, lari kecil nyusul Mas Mahesa. Mas Mahesa bukain pintu mobil buat gue, bikin gue senyum ama pelayanan baik dia. Setelah gue masuk, baru dia nyusul masuk ke dalem mobil.
Mobil pun melaju pergi, menuju ke supermarket yang ada di sebuah mall di Jakarta.
Setibanya di supermarket, gue pun menarik kereta dorong belanja, tapi Mas Mahesa yang liat gue ambil kereta dorong segera menghalangi gue dan bilang, "Dek Ay, kita belanja nggak banyak-banyak, pake keranjang tangan aja."
"Nggak sekalian belanja buat masak sarapan besok, Mas?" tanya gue, sejujurnya males bawa keranjang tangan.
"Cukup lah keranjang aja, besok sarapan masak nasi telur dikecapin," Mas Mahesa ngejawab santai.
"Mas, kita nggak bikin sesuatu buat dibagiin ke tetangga?" tanya gue lagi, nggak menyerah buat bawa kereta dorong.
Mas Mahesa noleh ke gue, "Dek Ay, kamu mau naik keretanya apa gimana?" tanya Mas Mahesa.
![](https://img.wattpad.com/cover/273804349-288-k235908.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
🌟 AND SO, MY SWEETEST ALPHA HUSBAND
General FictionSiapa bilang omega tidak boleh memilih Alpha-nya?! Sekarang ini sudah eranya emansipasi omega! Omega yang satu ini menolak dijodohkan dengan para alpha dari bibit bobot bebet terbaik. Memilih mencari alpha-nya dan jadi pawang sang alpha. Kehidupan r...