(Cerita ini hanya fiktif ya, segala hal yang ada dalam cerita hanyalah haluan alias nggak nyata/real.)
.
.
.
.Malam ini terasa cukup dingin, ya wajarlah ya, ini sudah pukul 11 malam dan aku masih berkeliaran diluar. Aku menenteng kresek hitam berisi tteokbokki yang tadi kubeli untuk kumakan setiba di kos ku sambil memainkan ponselku membalas pesan dari Sae Ron.
Hari ini aku pulang agak larut karena tadi Jeno ada jadwal hingga pukul 10. Jarak kantor SM menuju kosku sih tidak terlalu jauh, jika berjalan kaki hanya butuh waktu sekitar 20 menit saja sudah sampai. Sebenarnya itu bisa dikatakan jauh nggak sih? Tapi ya mau gimana ya, aku harus berhemat. Daripada naik taksi, mending aku jalan kaki saja deh sekalian olahraga mwehehehhe.
Tapi sebentar, kenapa rasanya aku sedang dibuntuti ya?
Aku membalikkan tubuh melihat ke belakang, menoleh ke kiri dan kekanan, tetapi tidak ada siapa-siapa. Hanya ada kucing liar yang tidur di atas tembok beton yang kulewati. Aku segera menyimpan ponselku ke dalam saku celanaku dan mempercepat langkah kakiku. Aku merasa sedikit menyesal sekarang, kenapa aku harus pulang melalui jalan kecil ini, harusnya aku pulang lewat jalan yang ramai saja walaupun jauh. Apalagi ini sudah larut, dasar aku.
Deg!
Aku cukup terkejut melihat seorang pria memakai coat panjang berwarna coklat tanpa celana tiba-tiba menghadangku. Ia tersenyum padaku sambil bertanya, "Mau kemana?"-
"Pulang."- jawabku singkat, sambil menundukkan kepalaku sekilas padanya lalu pergi. Namun, ia malah menarik pergelangan tanganku membuatku kembali menghentikan langkahku.
"Tolong yang sopan ya, mr."- hardikku sambil menghentakkan pergelangan tanganku.
"Maaf.."- ujarnya sambil mengangkat tangannya ke atas, "Kenapa buru-buru?"- tanyanya lagi.
wah gak beres ni orang.
Mataku melirik kesekitar berharap ada yang lewat, tetapi nyatanya hanya ada aku dan lelaki gila ini disini.
"Maaf, saya buru-buru."- ujarku lagi sambil mencoba untuk lari. Namun ia berhasil menggapai tanganku lagi dan malah mendorong tubuhku ke tembok. Sumpah, aku deg-degan banget. Lelaki gila itu mundur beberapa langkah dariku. Nafasku naik turun dan masih bersandar ditembok sambil tanganku menggenggam erat kresek hitamku.
"Heh, mau ngapain?"- tanyaku ketika melihat ia melepas tali coat jubah coklatnya.
"Sebentar aja ya, pokoknya jangan lari."- ucapnya ambigu sambil tersenyum jelek padaku. Astaga, apa yang mau dilakukan lelaki gila ini.
"STOP!!!"- teriakku saat talinya nyaris terbuka, "Jangan macam-macam ya, kalo nggak aku teriak nih."- ancamku dengan gemetar. Tapi sepertinya ia tidak memperdulikanku dan ...
BWA!
Ia membuka coatnya dengan lebar, untung aku reflek menutup mataku sambil berteriak. Didetik itu juga, aku rasa seseorang menarik dan membalikkan tubuhku lalu memelukku. Aku pikir orang gila itu yang memelukku, tetapi kurasa tidak, aku merasa familiar dengan wangi orang yang mendekapku ini. Kuberanikan diriku untuk mendongak, melihat siapa yang ....
"Je-jeno."- lirihku nyaris tak terdengar, ia menundukkan kepalanya menatapku sebentar lalu ia kembali menekan kepalaku untuk bersembunyi di dadanya. Aku tidak tau apa yang ia katakan pada lelaki itu karena aku terlalu takut hingga tidak fokus. Bayangkan, siapa sih yang nggak takut ketemu lelaki gila ditempat gelap, sendirian, dan dia malah mau mamerin kepunyaannya lagi T_T. Untung saja Tuhan masih melindungi, jika tidak, kurasa aku akan gila T_T.
Tanpa sadar, kresek yang ditanganku terjatuh begitu saja. Tanganku meremas bagian baju Jeno dengan kuat, aku berkali-kali menghela nafasku untuk meredakan detak jantungku yang tidak beraturan. Mungkin ini terdengar lebay, tapi inilah yang kurasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Rencard | Jeno Lee
Roman d'amourLulus kuliah, apa yang harus kalian lakukan? Tentunya mencari pekerjaan, bukan? Ini kisahku, Na Yoora, sang freshgraduate yang sedang mencari pekerjaan di bidang PR Manager, tapi malah berakhir menjadi Asisten Idol. Daripada menjadi pengangguran, b...