.
.
Hari ini grupnya Jeno jadi salah satu guest untuk festival pargelaran musim panas. Mereka tampil di sebuah lapangan yang besar banget. Tapi, walaupun lapangan ini besar banget, sekarang udah sesak karena dipenuhi dengan fans-fans yang datang bagaikan semut memenuhi lapangan untuk melihat idol-idol kebanggaan mereka.
"Gila ya! Memang benar kalo idol bukan apa-apa tanpa fans."- monologku yang berdiri dibelakang panggung melihat takjub bagian depan panggung yang penuh dengan lautan manusia sambil bersorak-sorak memanggil nama idola mereka. Nggak heran sih kalo para idol bisa sukses, dibelakang mereka berdiri puluhan ribu atau mungkin jutaan orang buat support sang idol. Gila banget nggak sih? Ck, kan aku jadi pengen jadi idol juga huweee.
Hari ini cukup panas, padahal ini udah jam 5 sore, tapi hawa panasnya masih kayak siang banget. Aku mengipas diriku dengan kertas yang kupegang ditanganku. Dari kejauhan, aku melihat Jeno bersama teman-temannya telah turun dari panggung. Aku segera menghampirinya untuk memberinya minum dan mengelap keringat yang memenuhi wajahnya. Para staff yang lainnya juga menghampiri member lainnya untuk melakukan hal yang serupa.
"Nunduk dikit Jen.."- suruhku karena ia sangat tinggi dariku agar aku bisa mengelap bagian dahinya yang dipenuhi peluh. Jeno menurut begitu saja, merendahkan sedikit tubuhnya agar aku bisa dengan mudah menjangkau wajahnya. Aku mengelap keringatnya dengan hati-hati supaya make up nya tidak berantakan.
"Yoo Ra, bawa Jeno ke backstage ya."- ujar salah satu stylelist padaku, aku mengacungkan jempolku padanya yang telah duluan pergi menuju backstage bersama teman-teman Jeno yang lain.
"Yuk."- ajakku pada Jeno, tapi Jeno hanya bergeming seraya memejamkan matanya. Aku menyentuh lengannya, "Jen?"- panggilku sambil berdiri didepannya.
Jeno membuka sedikit matanya lalu tiba-tiba ia malah bersandar di bahuku membuatku sedikit tersentak karena harus menahan tubuh Jeno yang berat.
"Eh, kenapa?"- tanyaku sedikit panik, tanganku berpegangan pada kedua lengannya yang masih terbalut jaket denim.
"Bentar.."- gumam Jeno, "Bentar aja."- lanjutnya.
"Kamu sakit? Atau pusing?"- tanyaku lagi, tapi kali ini dia tidak merespon pertanyaanku. Aku mengedarkan pandanganku dan melambaikan sebelah tanganku. Untung saja manager Yoon menoticeku dan ia segera berlari menghampiriku.
"Jeno kenapa?"- tanyanya sambil menyentuh punggung Jeno yang masih bersandar dibahuku.
"Nggak tau, tadi tiba-tiba.."- belum selesai aku menyelesaikan kata-kataku, Jeno mengangkat kepalanya dan ingin berdiri tegak namun tubuhnya sedikit oleng dan malah kembali menabrak tubuhku. Dengan gerakan reflek aku memeluk tubuhnya yang besar dan manager Yoon juga memegang tubuh Jeno dari samping.
"Kayaknya darah rendahnya kambuh."- kata Manager Yoon. Manager Yoon mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.
"Bawa Jeno ke Van, saya udah nelpon supir Van untuk langsung bawa Jeno ke RS."- jelas manager Yoon setelah mematikan panggilan telfonnya.
"Saya nggak bisa ikut karena anak-anak bakal ada sesi wawancara lagi sebentar lagi."- jelas Manager Yoon. Aku hanya mengangguk, manager Yoon membantuku untuk membawa Jeno menuju Van. Ia memegang lengan kanan Jeno dan aku memegang lengan kiri Jeno. Jeno masih sadar, tapi dia lemes banget.
Manager Yoon membuka pintu sambil membantu Jeno untuk masuk kedalam sana.
"Nanti kabari saya kalo ada apa-apa ya."- pesan Manager Yoon padaku, aku menganggukkan kepalaku sambil ikutan masuk ke dalam Van. Dan kami segera menuju Rumah Sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Rencard | Jeno Lee
RomanceLulus kuliah, apa yang harus kalian lakukan? Tentunya mencari pekerjaan, bukan? Ini kisahku, Na Yoora, sang freshgraduate yang sedang mencari pekerjaan di bidang PR Manager, tapi malah berakhir menjadi Asisten Idol. Daripada menjadi pengangguran, b...