"Kamu yakin kita mau ngedate disini?"- tanyaku menatap Jeno yang baru saja mematikan mesin mobil.
Jeno melepaskan seatbeltnya sebelum menatapku dengan senyuman yang sudah melekat pada bibirnya. "Iya dong."- dia mengangguk dengan mantap.
"Jeno tunggu.."- kataku menahan lengannya yang hendak membuka pintu mobil untuk keluar.
Jeno menoleh kembali menatapku, "kenapa?"-
"Kamu yakin?"- tanya sekali lagi. Bukannya apa-apa, aku hanya takut ada yang mengenali Jeno jika kami ngedate ditempat ini. Kalian tau, dia membawaku ke sebuah restorant yang ada di Gangnam. Tempat ini terkenal sebagai tempat ngedate dikalangan anak muda. Tempatnya juga selalu ramai dan aku nggak yakin kalo ada yang nggak sadar kalo ada seorang idol terkenal sedang berkencan ditempat itu juga.
Kan berabe jadinya.
"Ya yakinlah. Kenapa? Kamu takut kita bakal keciduk ya?"- tebak Jeno dengan tepat sasaran. "Tenang aja. Aku udah atur semuanya. Sekarang kita turun dulu biar kamu tau bagaimana caranya kita masuk tanpa harus melewati kerumunan."- Jeno tersenyum dengan setengah bibirnya bangga, merasa bahwa dia sudah memikirkan semua ini matang-matang.
Jeno membuka pintu mobil dan aku juga ikut membuka pintu mobil disebelahku agar bisa sama-sama keluar. Aku nggak akan berharap Jeno akan membukakan pintu mobil untukku karena... ya gitu, Jeno mah orangnya nggak romantis.
"Ayo, lewat sini.."- Jeno menelusupkan jemarinya dijemariku lalu menuntunku untuk ikut dengannya. Jeno membawaku kearah kanan—berlawanan arah dari posisi pintu masuk restoran tersebut. Aku tidak ingin bertanya apa-apa walaupun aku bingung. Aku hanya mengikuti saja langkah kaki Jeno yang membawaku pergi.
Tempat yang Jeno bawa memang agak sepi, hanya ada satu-dua orang yang kebetulan berpapasan dengan kami. Kemudian, aku melihat ada vending machine dan kami berdiri didepannya. Aku menatap Jeno dengan kebingungan, sedangkan dia menunjukkan reaksi yang aku sendiri nggak ngerti apa maksud dari tatapan itu.
Jeno tiba-tiba menarik mesin itu dan.. terbuka—ternyata itu adalah sebuah pintu. Oke, aku akui aku kaget. Tapi itu tidak berlangsung lama karena Jeno buru-buru menarikku kedalam lalu menutup kembali pintu berbentuk vending machine tersebut.
"Wow, pintunya keren juga."- komentarku yang berjalan dibelakang Jeno. Ruangan yang kami lalui memang sempit, jadi aku tidak bisa berjalan beriringan dengan Jeno. Walaupun begitu, tanganku dan tangannya tidak terlepas bertaut satu sama lain.
"i know.."- Jeno menoleh kebelakang, "itu baru permulaan, aku udah nyiapin banyak hal keren buat kamu."- kata Jeno lagi sambil menaik turunkan kedua alisnya bangga.
Aku tersenyum lucu melihatnya. "I can't wait for it."- kataku kemudian. Jeno senyum lagi sebelum kembali menghadap kedepan, lalu berbelok kearah kiri dan kami menaiki tangga.
Dan...
Ya, aku kembali dibuat kaget ketika Jeno membuka pintu lain—dan menampilkan ruangan yang telah tertata sangat indah didepanku.
Ruangan bernuansa putih dengan lampu tumblr biru serta balon love yang tergantung di setiap sisi dinding. Bunga mawar tercecer bagaikan red carpet dari pintu masuk menuju sebuah meja bundar yang sudah ada beberapa makanan yang terhidang diatasnya. Dibagian kursinya bertebaran kelopak bunga mawar dan tertulis 'Prince' dan 'Princess' di kedua kursi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Rencard | Jeno Lee
RomanceLulus kuliah, apa yang harus kalian lakukan? Tentunya mencari pekerjaan, bukan? Ini kisahku, Na Yoora, sang freshgraduate yang sedang mencari pekerjaan di bidang PR Manager, tapi malah berakhir menjadi Asisten Idol. Daripada menjadi pengangguran, b...