22. Now... i know!

114 25 4
                                    

.

.

Aku duduk di ruang tunggu didepan ruang operasi. Tentunya aku tidak sendiri, ada manager Yoon, Jaemin, dan juga.. Mark. Diantara yang lain, hanya aku dan Mark yang basah kuyup. 

Manager Yoon berdiri didekat pintu ruang operasi sambil menangkup kedua tangannya. Sedangkan Jaemin, dia duduk disampingku sambil menatap lantai.

Dan Mark...

Dia sedari tadi tidak pernah berhenti menatap telapak tangannya yang masih penuh cairan berwarna merah milik Jeno.

Tadi itu, ya.. Jeno memang benar kecelakaan. Dan orang yang tadi aku lihat bertengkar dibawah hujan adalah Jeno dan Mark. Sebelum akhirnya, Jeno malah tertabrak mobil karena ingin menahan Mark yang lagi-lagi ingin bunuh diri. 

Untuk saat ini, hanya kami berlima yang tahu kejadian ini—maksudku kejadian yang sebenarnya. Hanya aku, Jeno, Jaemin, Mark dan Haechan. Ya, Haechan juga ada ditempat kejadian. Untuk masalah kecelakaan Jeno, manager Yoon sudah menghubungi keluarga Jeno. Namun, aku tidak tahu kemana Haechan. Aku rasa dia kedepan untuk menjemput Renjun.



Tidak lama, terdengar suara larian beberapa orang kearah kami. Ternyata itu orangtua Jeno bersama Haechan dan juga Renjun.

"Operasinya masih belum selesai?"- tanya papa Jeno pada Manager Yoon.

"Belum, pak."- jawab manager Yoon lesu.

Mendengar jawaban itu, mamanya Jeno terlihat langsung oleng sehingga harus dirangkul oleh Papanya. Wanita itu menangis didalam rangkulan suaminya.

"Kamu ganti baju dulu, Ra."- kata Renjun menyodorkan paper bag-nya padaku. Aku menerimanya sambil mengangguk.

"Mark?"- panggil Haechan menyentuh pundak Mark dan duduk disampingnya, "Kamu juga, ganti baju dulu, nanti masuk angin."-

Mark bergeming. Dia masih saja tetap menatap telapak tangannya.

"Mark, kamu budek?"- kata Jaemin datar dan dingin.

Renjun langsung menyenggol kaki Jaemin dengan kakinya sambil memelototinya, "kamu gila?"- sembur Renjun pelan pada Jaemin. Tetapi Jaemin tidak peduli, dia menatap dingin kearah Mark.

Atmosfer disini benar-benar tidak enak. Namun, akhirnya Haechan berinisiatif untuk membawa Mark pergi dari sana.

"Hubungi aku nanti, Mark biar sama aku dulu."- kata Haechan, "Ayo, Mark! Jangan pura-pura budek!"- Haechan mengalungi lengannya di lengan Mark. Mark tidak protes atau berkomentar, ia hanya mengikuti saja saat ditarik pergi oleh Haechan.

"Aku ganti baju dulu ke toilet,"- pamitku pada Renjun dan Jaemin. Mereka hanya mengangguk kecil sebagai balasan.

Aku berjalan lesu menuju toilet untuk mengganti pakaianku yang basah. Setelah itu, aku mencuci wajahku juga. Aku menatap cermin cukup lama. Tiba-tiba, air mataku mengalir sendiri dari sarangnya.

Aku khawatir dengan Jeno, dan aku juga khawatir dengan Mark. Perasaanku rasanya sakit sekali. Aku bersandar didinding sambil mengelus dadaku. Aku tidak tahu bagaimana cara menjabarkan perasaanku sekarang. Rasanya gelisah, kacau, sakit, pokoknya nggak enak banget.

"Jeno, kamu pasti bangun kan?"- lirihku tertahan. Masih teringat jelas dipikiranku saat melihat Jeno yang terkapar berdarah diaspal setelah dihantam mobil.

Aku tidak sanggup lagi menompang tubuhku. Aku akhirnya terduduk dilantai, membenamkan wajahku dilututku. Aku menangis. Aku tidak bisa menahannya lagi. Aku takut, aku takut Jeno tidak bangun lagi seperti tadi. Rasanya hatiku hancur saat melihat Jeno tidak menyahut saat aku memanggil namanya. Aku... aku nggak bisa, dan aku nggak mau.

Forbidden Rencard | Jeno LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang